Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Juru Kampanye Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo–Mahfud MD, Choirul Anam, menanggapi rencana pemerintah untuk melanjutkan mega proyek lumbung pangan atau food estate di wilayah lain. Sejumlah wilayah yang tengah dipertimbangkan sebagai lahan food estate baru adalah Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua, dan Sumatera Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Choirul menuturkan, sebelum membuka proyek food estate baru di sejumlah wilayah, diperlukan evaluasi secara terbuka dan menyeluruh. Hal ini lantaran program food estate seringkali menuai kritik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Jadi sebelum memulai membuka wilayah lagi, evaluasi dulu aja yang ada secara terbuka. Apa kegagalannya? Apa hambatannya? Kalau memang gagal, enggak bisa dilanjutin, ya ditutup, gitu,” ujar Choirul ketika dihubungi Tempo, Selasa, 13 Februari 2024.
Menurut dia, evaluasi merupakan poin paling penting dari garapan proyek besar ini. Beberapa kritik seperti gagalnya proyek, pembabatan hutan, hingga rusaknya lingkungan harus ditinjau sebelum mengembangkan di wilayah lain. “Kan malu kita kalo nanam singkong tumbuh jagung. Gitu kan satire dari masyarakat. Nah evaluasi dong terbuka,” tuturnya.
Lebih lanjut, Choirul menekankan soal ketahanan pangan yang memiliki sejarah yang sangat panjang. “Ketahanan pangan itu bukan soal food estate. Ketahanan pangan itu soal ekosistem bagaimana pangan itu tersedia dan masyarakat bertahan di situ,” kata dia.
Masyarakat adat, kata Choirul, memiliki kearifan lokal tersendiri soal pangan untuk bisa bertahan selama bertahun-tahun. “Masyarakat pesisir nelayan punya logika sendiri, masyarakat pegunungan juga punya logika sendiri. Kita itu negara yang varian makanannya banyak, bahkan tidak hanya di darat tapi juga di laut.“
Sebelumnya, Suroto menyatakan bahwa pemerintah akan mengembangkan sebaran wilayah lumbung pangan. Ada sejumlah daerah yang diusulkan untuk menjadi lokasi food estate. “Ada usulan di NTT, Papua dan Sumatera Selatan. Tapi itu masih masuk di masterplan yang baru. Masterplan yang lama kan baru Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara,” kata dia.
Salah satu kegagalan program food estate adalah proyek perkebunan singkong di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Proyek yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto itu membabat ratusan hektare hutan untuk dijadikan perkebunan singkong. Namun, ternyata tanah di sana tidak cocok untuk ditanami singkong sehingga proyek tersebut gagal dan meninggalkan kerusakan lingkungan dan banjir. Belakangan, pemerintah ganti menanam jagung di lahan tersebut. Supaya jagung tidak ikut mati, jagung ditanam di dalam polybag sehingga berbiaya mahal.
DEFARA DHANYA | ANNISA FEBIOLA
Pilihan Editor: Sosok Connie Bakrie yang Ungkap Perjanjian Prabowo Diganti Gibran setelah Dua Tahun Menjabat