Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Luhut Semprot Tom Lembong soal Harga Nikel Anjlok karena Hilirisasi: Saya Sedih Melihat Anda

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membalas kritik Tom Lembong soal harga nikel anjlok gara-gara hilirisasi.

25 Januari 2024 | 08.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Thomas Lembong dan Luhut Binsar Pandjaitan. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membalas kritik Tom Lembong soal harga nikel anjlok gara-gara hilirisasi. Luhut menunjukkan kegeramannya kepada Tom Lembong secara terbuka media sosial.

"Anda perlu melihat data panjang sepuluh tahun terakhir. Anda kan pebisnis juga," kata Luhut melalui postingannya di Instagram resmi @luhut.pandjaitan, Rabu, 24 Januari 2024. "Siklus komoditi itu naik turun. Apakah itu batu bara, nikel, timah, emas, apa saja."

Luhut juga mengklaim harga nikel saat ini lebih baik ketimbang sebelum pemerintah menjalankan hilirisasi. Ia menyebut selama 10 tahun terakhir, sejak 2014, rata-rata harga nikel dunia adalah US$ 15 ribu.

Harga nikel saat itu, kata Luhut, lebih rendah ketimbang harga sekarang atau setelah melakukan kebijakan hilirisasi. Bahkan, pada awal periode hilirisasi, rata-rata harga nikel dunia hanya sekitar US$ 12 ribu.

"Jadi, saya nggak ngerti bagaimana Tom Lembong ber-statement seperti ini. Bagaimana anda memberikan advice bohong kepada calon pemimpin yang Anda dukung," ujar Luhut. "Saya sedih melihat Anda."

Oleh karena itu, Luhut mengaku jadi meragukan intelektual Tom Lembong. "Oke, mungkin betul anda intelektual. Tapi karakter anda, menurut saya tidak bagus."

Lebih lanjut, Luhut menilai bahwa harga nikel yang terlalu tinggi justru sangat berbahaya. Luhut mengaku belajar dari harga tinggi cobalt yang membuat orang akhirnya mencari alternatif bahan baku lain. "Itu salah satu pemicu baterai LFP itu (lithium ferro-phosphate)" ucapnya.

Ihwal baterai LFP yang dibicarakan baru-baru ini, Luhut mengakui bahwa teknologi berkembang sangat cepat. Indonesia pun, kata dia, bekerja sama dengan Cina untuk mengembangkan baterai LFP. Begitu juga dengan menggandeng negara-negara lain untuk mengembangkan baterai nikel. Namun, Luhut menjelaskan, hanya baterai lithium yang bisa didaur ulang, bukan baterai LFP.

"Teknologi berkembang sangat cepat. Oleh karena itu kita cari keseimbangan supaya barang kita tetap masih dibutuhkan sampai beberapa tahun yang akan datang," ujar Luhut.

Perkara hilirisasi, Luhut berpesan kepada Tom Lembong agar tidak menceritakan hal yang tidak sepenuhnya benar. Meskipun, Tom Lembong yang dulu pernah menjabat Menteri Perdagangan dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Menteri Investasi, sudah tidak lagi di jajaran pemerintah.

"Ceritakan apa yang bagus. Pernah kita inflasi di bawah 3 persen? Kan baru sekarang. Pernah 44 bulan kita surplus ekspor? Kan baru sekarang," kata Luhut. "Apa itu? Ya hilirisasi."

Tak cuma menekan inflasi dan menggenjot ekspor, Luhut berujar pertumbuhan ekonomi Indonesia terjaga 5 persen di tengah ketidakpastian perekonomian dunia juga berkat hilirisasi. Bahkan, Indonesia masih mengupayakan pertumbuhan ekonomi naik sampai 6 persen. Kemudian, pada 2030, Indonesia menargetkan pendapatan per kapita senilai US$ 10 ribu.

"Jadi, downstreaming (hilirisasi) kita akan membuat Indonesia lebih bagus," ujar Luhut.

Kritik Tom Lembong soal hilirisassi pemerintah memang beberapa kali disuarakan. Co-captain Timnas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin) ini pernah menyebut pemerintah terlalu terobsesi pada nikel. Ia juga menilai hilirisasi nikel pemerintah tidak berorientasi pada pasar.

Pasalnya, produsen  kendaraan listrik mulai beralih menggunakan baterai LFP. Bahkan, kata Tom, mobil Tesla yang diproduksi di Cina yang beralih menggunakan LFP. "Sesuai prinsip dasar ekonomi, harga tinggi menyebabkan substitusi," kata Tom dalam acara Diskusi Publik Pandangan Capres/Cawapres 2024-2019 tentang Kebijakan Industri, Hilirisasi dan Perubahan iklim di Gedung CSIS Jakarta, Rabu, 6 Desember 2023.  

Perkara hilirisasi dan LFP ini kemudian dibawa dalam Debat Cawapres 2024. Polemik LFP pun lantaran Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka bertanya soal LFP kepada Cawapres nomor urut satu Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Namun saat itu, Gibran tampak tidak puas dengan pasangan Capres Anies Baswedan.

Gibran pun menilai Cak Imin tidak memahami sepenuhnya soal LFPad. Padahal, menurut Gibran, hal tersebut sering digaungkan oleh timsesnya.  “Yang sering ngomongnya LFP itu timsesnya, tapi cawapresnya nggak paham LFP itu apa. Kan aneh,” ujar Gibran dalam debat pada Ahad malam, 21 Januari 2024.

 

RIRI RAHAYU | ADINDA JASMINE PRASETYO

Pilihan Editor: Luhut Bantah Tom Lembong soal Tesla Pakai Baterai LFP: Tidak Benar, Mereka Masih Pakai Baterai Berbahan Nikel

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus