SEJAK Bank Indonesia menarik kredit likuiditasnya banyak bank kelabakan. Mereka memburu pinjaman antarbank, tapi sejumlah bank yang lebih andal justru mengincar dana di pasar uang internasional. Dan jurus-jurus yang mereka gunakan macam-macam: ada floating rate certificate of deposit, revolving credit facility ataupun note issuance facility. Terakhir, Bank Expor Impor Indonesia (BEII) mengeluarkan Eurobond. Instrumen penyedot dolar ini ditawarkan oleh Bank Ekspor Impor Indonesia bersama 12 lembaga keuangan internasional, Selasa pekan lalu. Dari surat-surat utang yang akan dijual di bursa Luksemburg ini, BEII akan memperoleh dana 80 juta dolar dengan bunga tetap 9,45% per tahun. Selain Eurobond, BEII akan menarik pinjaman dengan nama Perfectual, yang akan diteken pada Selasa pekan ini di Tokyo. Penjualan surat utang yang bernilai 120 juta dolar, dengan bunga 9,45%, itu akan diserahkan kepada Morgan Guaranty Trust Company. "Kami melihat, global resource merupakan sebuah sumber yang sangat layak dimanfaatkan," kata Iwan R. Prawiranata, Dirut BEII. Alasannya, Eurobond bisa menghindarkan bank dari distorsi antara sumber dana dan penempatan kredit. Contohnya, penempatan dana untuk kredit investasi rata-rata berjangka 3-5 tahun, sedangkan dana yang diperoleh bank di dalam negeri paling banter berjangka dua tahun. Nah, dengan Eurobond yang berjangka lima tahun, "Antara penempatan dan sumber dana menjadi lebih ideal," kata Iwan. Tapi, untuk apa dana yang 200 juta dolar itu? "Akan kami prioritaskan untuk pembiayaan dalam valuta asing," ujar Iwan. Misalnya, buat pembiayaan ekspor atau bisnis pariwisata. Pokoknya aman dan ... lebih ideal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini