Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan harga avtur di Indonesia relatif lebih tinggi, terutama di kawasan Asia Tenggara. Selisihnya 22-43 persen.
Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiraatmadja berharap pemerintah bisa membuka kesempatan buat penyelenggara avtur lain.
Investor anyar, khususnya di hilir, bisa membantu Pertamina mengisi kekosongan penyelenggaraan avtur di bandara-bandara kecil.
JAKARTA — Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan harga avtur di Indonesia relatif lebih tinggi, terutama di kawasan Asia Tenggara. Selisihnya 22-43 persen. Merujuk pada data Pertamina kemarin, harga avtur di berbagai bandar udara di Tanah Air sebesar Rp 13-16 ribu per liter. Di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, misalnya, harganya sebesar Rp 13.300 per liter.Â
KPPU belum bisa memastikan penyebab tingginya harga tersebut. Namun Ketua KPPU Fanshurullah Asa mengatakan rantai pasok bahan bakar pesawat yang dikuasai PT Pertamina (Persero) punya andil. "Secara struktur pasar, Pertamina adalah satu-satunya pelaku usaha yang menyediakan avtur sehingga tidak ada pelaku usaha pembanding untuk harganya di Indonesia," katanya kepada Tempo, kemarin, 7 Februari 2024.Â
Pria yang dipanggil Ifan tersebut telah mengirim surat kepada Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi untuk mengundang lebih banyak investor, dari produksi sampai distribusi. Kehadiran pemain baru bakal menciptakan kompetisi, khususnya dari sisi harga. "Kami mendorong dibukanya kompetisi di pasar avtur melalui skema open access dan co-mingle," ujarnya. Tempo mencoba meminta konfirmasi kepada juru bicara Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi, mengenai usul tersebut, tapi ia tak merespons.Â
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo