Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengusulkan penggunaan beras analog sagu dalam program makan bergizi gratis guna mendukung ketahanan pangan Indonesia.
Menurut dia, beras analog sagu merupakan sumber alternatif karbohidrat yang dapat menjadi bahan utama makanan pokok selain nasi. Beras analog adalah istilah untuk beras dari bahan non-padi yang dibuat dari sagu, jagu, dan karbohidrat lain.
"Pasti kita akan usulkan, karena dia (beras analog sagu) juga bisa mendukung ketahanan pangan, dengan menjadikan sagu sebagai sumber atau bahan utama pangan di luar beras," ujar Agus di Jakarta, Senin, 29 Jui 2024.
Agus menyebut, sagu merupakan makanan kearifan lokal yang perlu didorong oleh popularitasnya agar menyamai beras pada umumnya.
Menurut Agus, hal ini juga sejalan dengan program prioritas utama pada pemerintahan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka yang menitikberatkan pada ketahanan energi, ketahanan air dan ketahanan pangan.
Lebih lanjut, Agus mengatakan bahwa sagu sangat relevan untuk membantu memperkokoh ketahanan pangan Indonesia.
"Kita harus bisa membantu dengan meletakkan pondasi yang kokoh untuk mewujudkan ketahanan pangan ke depan. Oleh sebab itu, sagu menjadi sangat relevan, karena merupakan salah satu komoditas yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan guna mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia," katanya.
Dari sisi ketahanan energi, Kemenperin juga mengusulkan untuk mengolah sagu menjadi sumber energi terbarukan atau bioetanol.
Direktorat Jenderal Industri Agro Kemenperin, kata Agus, telah memiliki data terkait dengan kegunaan sagu terhadap energi terbarukan. Disebutkan bahwa dalam setiap 2,5 hektar lahan sagu, dapat menghasilkan 250 kilo liter bioetanol.
"Pilotingnya sudah ada, itu local wisdom-nya kuat sekali karena nggak ada lagi kekuatan sagu di dunia seperti di Indonesia," ujar Agus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini, sagu banyak ditanam di Maluku, Papua dan Kabupaten Meranti, Riau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Simposium Sagu
Kementerian Perindustrian menggelar Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu 2024 di Jakarta, Senin, 29 Juli 2024. Agus Gumiwang mengatakan, kegiatan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal mendorong peningkatan produksi serta pengembangan potensi industri sagu nasional.
Agus menyampaikan, pertumbuhan pasar pati sagu secara global diprediksi akan tumbuh hingga 560 miliar dolar AS pada 2031. Indonesia pun harus ambil bagian di dalamnya, mengingat potensi sagu yang dimiliki Tanah Air begitu besar.
"Semoga kita bisa bersama-sama dapat merumuskan berbagai usulan kebijakan agar potensi bisa dioptimalkan. Mari kita sama-sama berpikir out of the box, bagaimana untuk mempercepat dukungan agar industri pengolahan sagu bisa tumbuh di Indonesia," ujar Agus dalam pembukaan Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu 2024.
Lebih lanjut, Agus mengatakan, 85 persen lahan sagu di seluruh dunia berada di Indonesia. Menurut Agus, sudah sewajarnya apabila Indonesia bisa menjadi pemimpin dalam hal komoditas sagu.
Hilirisasi industri sagu pun diharapkan Agus tidak hanya berhenti sampai pada pati sagu saja, tetapi juga dapat memacu pertumbuhan produk hilir lainnya seperti mie dan beras analog sagu serta produk non pangan seperti bioenergi.
Agus menyebut, penguatan riset sangat penting dilakukan untuk mendukung pengembangan hilirisasi sagu.
Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk terus meningkatkan hilirisasi pengembangan sagu dengan diversifikasi produk, fasilitasi kerja sama antar industri pengolahan dan pengguna, mendorong program sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) serta program restrukturisasi mesin dan peralatan bagi industri pengolahan sagu.
"Selain itu, Kemenperin berupaya bersinergi dengan pemangku kepentingan lain dari pusat maupun daerah sebagai langkah percepatan pengembangan industri pengolahan sagu," katanya.
Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu 2024 mengajak partisipasi dari berbagai kementerian dan lembaga, akademisi serta praktisi.
Dalam rangkaian acara ini, juga dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama pengembangan beras analog sagu instan antara Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan dengan Pusat Riset Agro Industri Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Penandatanganan ini merupakan bentuk komitmen dan keseriusan pemerintah untuk mendorong hilirisasi industri pengembangan dan pengolahan sagu.
Produksi Sagu
Secara total pada 2022 produksi sagu di Indonesia mencapai 8,94 ribu ton. Berdasarkan data Kemenperin, Riau merupakan provinsi penghasil sagu terbesar di Indonesia dengan kontribusi sebesar
80,99 persen dari total produksi sagu di Indonesia, disusul oleh Papua, Maluku dan Kalimantan Selatan dengan kontribusi masing-masing sebesar 12,35 persen, 2,02 persen, 0,93 persen.
Di Kabupaten Meranti, Riau, yang merupakan wilayah penghasil sagu terbesar di Indonesia, sagu diolah menjadi beragam panganan seperti sepolet, gedegob, roti jala, lontong dan cendol sagu. Pati sagu sangat fleksibel diolah kembali menjadi berbagai jenis makanan seperti mie sagu, biskuit sagu, maupun sagu rendang khas Riau.
Karena kebanyakan sagu dihasilkan dari hutan, produksi sagu menyusut seiring dengan terjadinya deforestasi. Menurut catatan Kementerian Pertanian, Produktivitas sagu nasional dari 2014-2016 rata-rata turun 10,23 % setiap tahunnya dengan produktivitas terendah terjadi pada 2016 yaitu sebesar
3.377 kg/ha.
Sedangkan pada 2017-2020 produktivitas sagu cenderung lebih stabil.
Untuk memperoleh tanaman sagu dengan produktivitas maksimal secara berkelanjutan diperlukan pola pengusahaan sagu yang masih dalam kategori “hutan sagu” alami yang diarahkan menjadi pola pengusahaan kebun sagu rakyat.
Dalam 100 gram pati sagu terkandung 350 kCal, 0,04 gram lemak, 1,15 gram protein, 86,58 gram karbohidrat, dan 2,05 serat makanan. Sedangkan tiap 100 gram beras mengandung 359 kCal, 0,7 gram lemak, 7,5 gram protein, 78,5 gram karbohidrat, dan 0,2 gram serat makanan.
Kandungan | Sagu | Beras |
Kalori | 350 kCal, | 359 kCal |
Lemak | 0,04 gram | 0,7 gram |
Protein | 1,15 gram | 7,5 gram |
Karbohidrat | 86,58 gram | 78,5 gram |
Serat makanan. | 2,05 gram | 0,2 gram |
Pilihan Editor Coret Bella Hadid karena Desakan Israel, Seruan Boikot terhadap Adidas Menguat