Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta – PT Industri Kereta Api (persero) atau INKA akan mengeksekusi proyek kerjasama dengan Republik Demokratik Kongo mulai awal tahun depan. Direktur Utama INKA, Budi Noviantoro, mengatakan manajemennya sudah meneken kontrak sebesar US$ 11,7 miliar, yang mencakup paket pengadaan sarana, pengerjaan rel, serta berbagai penunjang perkeretaapian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Rolling stock siap kami kerjakan segera dengan pabrik baru INKA di Banyuwangi,” ucapnya kepada Tempo, Kamis 29 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut dia, pengadaan kereta untuk Kongo tak bisa ditangani pabrik eksiting Inka di Madiun, Jawa Timur, yang hanya menyanggupi 1,5 gerbong kereta per hari. Di Banyuwangi, INKA bisa menggarap empat unit per hari. Meski belum merincikan jumlah dan jenis unit yang dipesan Kongo, Budi mengatakan pengerjaan kereta saja sudah senilai US$ 2,1 miliar dari total kontrak.
Adapun sisa US$ 9,6 miliar difokuskan untuk pengerjaan jalur sepanjang 4.100 kilometer. Terdapat delapan fase yang harus dikerjakan dalam target waktu maksimal 8 tahun. “Sudah termasuk bangun jalur baru, reaktivasi jalur lama, dan reaktivasi rel yang sudah jelek,” ucap Budi.
INKA menjadi salah satu entitas pelat merah yang digandeng The Sandi Group (TSG) Global Holdings untuk menggarap proyek infrastruktur di Kongo. Dalam proses investasinya, grup pemodal yang memiliki anak entitas di Indonesia, yaitu PT TSG Utama Indonesia dan Titan Global Capital Pte Ltd, itu mendapat jaminan berupa konsesi tambang dari Pemerintah Kongo yang tak menyanggupi transaksi uang.
Ekspansi ke Kongo menambah daftar jangkauan PT INKA ke pasar luar negeri. Perseroan baru merampungkan pengiriman 250 kereta pesanan Bangladesh pada awal bulan ini. Ada juga sisa kontrak tiga lokomotif dan 15 kereta commuter pesanan Filipina senilai Rp 363 miliar yang bakal dikirim setelah uji operasi. Proyek itu belum temasuk pengadaan 31 trainset Light Rail Transit untuk PT KAI (Persero) senilai Rp 3,9 triliun.
Menurut dia, INKA bisa memperluas pasar global ke Taiwan dan Australia bila pabrik Banyuwangi selesai sepenuhnya. Dengan luas 83 hektare, pabrik berkapasitas produksi 500 unit kereta per tahun itu disiapkan untuk menggarap kereta ekspor berkualiatas tinggi.
Investasi TSG Global di Kongo tak hanya melibatkan INKA. Banyak perseroan lain yang juga mendapat proyek di tanah Afrika Tengah itu, seperti PT Barata Indonesia (Persero), PT Len Industri (Persero), PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), dan PT Dirgantara Indonesia (Persero). Nota kesepahaman keempat entitas tersebut dengan Kongo diteken di kantor PT INKA, Madiun, beberapa waktu lalu.
Sekretaris Perusahaan PT Barata Indonesia, Bustomek Nawawi, membenarkan perusahaannya kebagian proyek pengerjaan kota pintar (smart city) di sejumlah wilayah di Kongo. Paket proyek senilai Rp 3 triliun itu mencakup pengembangan konsep jalan tol dan infrastuktur sipil. “Setelah MoU, kami sedang memantapkan rencana eksekusi,” ujarnya kepada Tempo. “Studi kelayakan sudah dikerjakan sejak awal 2020.”
YOHANES PASKALIS