Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Baskorohadi Sukatmo, senior partner dari konsultan bisnis Smartplus Accelerator, berpesan kepada pengusaha Indonesia agar tidak memiliki sindrom inferiority dalam berbisnis. Baskorohadi adalah sosok marketing sukses yang mampu membuat brand minuman teh Tekita berjaya di era 90-an dan brand susu berkalsium Anlene populer sampai saat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Jangan punya sindrom itu, apalagi jika bersaing dengan orang luar di Indonesia, sebagai orang Indonesia, harusnya kitalah yang lebih tahu soal pasar di sini," kata dia dalam talkshow bisnis Friday Vibes "Mengalahkan Raksasa Bisnis Ala David vs Goliath" yang diadakan Tempo.co dan Smartplus Accelerator di Gedung Tempo, Palmerah, Jumat, 23 Agustus 2018.
Sindrom Inferiority adalah sebuah perasaan minder atau kekhwatiran tidak mampu bersaing denganorang lain. Perasaan ini, kata Baskoro, tak hanya terjadi pada orang Indonesia terhadap ekspatriat, namun juga pada perusahaan Indonesia terhadap perusahaan luar negeri.
Di sekitar tahun 1995, Baskoro menceritakan bagaimana usaha dia membangun jaringan bisnis minuman teh bermerek Tekita awalnya hanya berbasis di Surabaya. Padahal saat itu, minuman Teh Botol Sosro dengan kemasan 220 mililiter. menjadi pemimpin pasar di Indonesia.
Baskoro saat itu menjabat sebagai Product Manager di Pepsi-Cola Indo Beverages, perusahaan pemilik merek Tekita. Salah satu upaya Baskoro yaitu meluncurkan minuman Tekita kemasan 300 mililiter dengan harga yang sama dengan Teh Botol Sosro. Segmentasi pasar pun difokuskan pada anak SMA dan Kuliah. Hasilnya, hanya butuh satu tahun bagi Tekita untuk menjadi pemain nomor dua di bawah Teh Botol dengan pangsa pasar 15 persen.
Tak hanya di Tekita, perjuangan yang sama dilakukan oleh Baskoro saat menjadi Marketing Manager di Fonterra Brands Indonesia. Sekitar tahun 2000, Ia diberi tugas untuk membuat produk susu berkalsium tinggi merek Anlene yang masih kecil menjadi merek yang kuat. Padahal, saat itu saingannya yang tak kecil yaitu Nestle asal Swiss.
Baskoro menceritakan, saat itu Ia tidak memilih untuk bertarung langsung di pasar yang telah dikuasai oleh produk susu Nestle. Di bawah Baskoro, Anlene dijual dengan citra susu pencegah penyakit Osteopororsis.
Komunitas ibu-ibu pun digandeng dan Hari Osteoporosis Nasional pun diluncurkan. Hasilnya, kini Anlene dikenal sebagai salah satu merek susu kalsium tinggi yang punya pangsa pasar cukup besar di Indonesia.
Baca berita tentang tip marketing lainnya di Tempo.co.