Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Hasstriansyah, Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Otomotif (BPP HIPMI Otomotif), menyebutkan bahwa adopsi kendaraan listrik di Indonesia tinggal menunggu waktu. Dukungan kebijakan pemerintah, seperti pembebasan pajak impor oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu), memungkinkan kendaraan listrik yang dibangun di Indonesia dapat masuk ke pasar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Sehingga harga-harga kendaraan mobil listrik terutama yang pabrikan besar seperti BYD, VinFast, lalu juga seperti Wuling itu juga berlomba-lomba menurunkan harga. Artinya kalau harga itu sudah turun, itu terjangkau oleh masyarakat,” ujar Tri, sapaannya, saat ditemui di area Indonesia International Motor Show (IIMS), 25 Februari 2024, pengunjung di JIExpo Convention Center & Theater, Jakarta Utara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tri menjelaskan bahwa HIPMI Otomotif optimis bahwa target Kementerian Perindustrian dan Kementerian Investasi untuk meningkatkan investasi dan pembangunan pabrik kendaraan listrik dapat tercapai sehingga dapat mempercepat transisi dari mobil bensin ke mobil listrik.
Lebih lanjut, dia merinci, sebelum adanya pembebasan pajak impor Completely Built-Up (CBU), harga mobil listrik mencapai sekitaran Rp 1,4 M. Namun, setelah implementasi kebijakan tersebut, harga mobil listrik bisa dipangkas menjadi lebih murah.
“Kita kira BYD itu bisa sekitaran di atas Rp 1 M, ternyata Rp 700 M. Ini merupakan good news ya bagi pengguna kendaraan listrik di Indonesia supaya kita akan semakin punya insentif untuk jual mobil bensin dan beralih ke mobil listrik,” lanjutnya.
Tri berharap, mobil listrik nantinya menjadi kendaraan utama, karena menurutnya, biaya yang dikeluarkan untuk kendaraan lebih murah dari mobil bensin.
“Contohnya kalau saya pakai mobil biasa saya bisa spending sekitar Rp 800 ribu seminggu, kalau mobil listrik saya ngecas, kalau dikonversi ke rupiah itu nggak lebih dari Rp 80 ribu. Artinya berapa, 10 persen. Biayanya hanya 10 persen dibandingkan BBM,” kata Tri.
Menanggapi hasil sementara quick-count Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, di mana Prabowo-Gibran unggul, dari pengusaha, Tri percaya jika pasangan 02 tersebut terpilih maka Indonesia berpotensi menjadi salah satu pusat industri mobil listrik dunia. Ini merujuk pada salah satu program utama mereka yakni hilirisasi industri dan produksi baterai.
“Ini berarti kan melanjutkan apa yang sudah digagas oleh Pak Jokowi, ini sudah sangat baik, kita berhasil meningkatkan nilai dari kita jual nikel mentah menjadi kemudian ada nilai tambahnya 300 kali lipat value-nya (nilainya) dengan menjadi baterai,” ujar Tri.
Meskipun pabrik-pabrik baterai belum berjalan penuh di Indonesia, Tri menyebutkan, pengusaha optimis Indonesia nantinya mampu bersaing dengan Thailand sebagai pusat produksi mobil listrik di kawasan ASEAN.
“Apabila hilirisasi industri di Indonesia mengenai ekosistem dan infrastrukturnya sudah berjalan lengkap, saya yakin Indonesia bisa jadi salah satu pusat industri mobil listrik dunia,”
Kendati demikian, Tri mengungkapkan, masih diperlukan dukungan kebijakan yang kompetitif dari pemerintah dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) untuk mencapai tujuan tersebut.
Pemerintah secara resmi mengeluarkan peraturan turunan terkait pembebasan tarif bea masuk untuk impor mobil listrik utuh (completely built up/CBU) yang berlaku hingga 31 Desember 2025. Beleid ini tercantum dalam Peraturan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.6 Tahun 2023 tentang Pedoman dan Tata Kelola Pemberian Insentif Impor dan/atau Penyerahan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Roda Empat dalam Rangka Percepatan Investasi.
Pilihan Editor: Basuki Hadimuljono Dikabarkan Tak Masuk Kabinet Prabowo, Pengamat Ungkap Kriteria Menteri PUPR Berikutnya