Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Pemerintah Siapkan Pasar Ekspor Alternatif Hadapi Tarif Resiprokal AS

Penjajakan kerja sama itu telah dimulai sebelum kebijakan tarif resiprokal diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump

22 April 2025 | 08.22 WIB

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono.
Perbesar
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyiapkan pasar alternatif merespons kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat yang naik sebesar 32 persen kepada Indonesia. Pasar alternatif ini untuk menghindari tarif resiprokal Amerika Serikat yang dapat merugikan sektor perdagangan Tanah Air.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono mengatakan kebijakan tarif resiprokal itu semula bakal berlaku pada 9 Juli 2025. Namun ada kesepakatan untuk menunda hingga 90 hari. Walhasil kenaikan tarif hingga 32 persen dari Amerika Serikat untuk Indonesia saat ini masih dalam tahap negosiasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Djatmiko menuturkan, Kemendag sudah menyiapkan pasar alternatif atau pasar non-tradisional yang sebelumnya tidak terjamah oleh ekspor perdagangan Indonesia. Penjajakan kerja sama itu telah dimulai sebelum kebijakan tarif Amerika Serikat tersebut diumumkan. “Sebelum ada kebijakan tarif ini, kami juga sudah fokus membuka berbagai pasar alternatif, pasar non-tradisional. Sudah banyak yang kami jajaki dan kami bikin platform kerja samanya,” kata Djatmiko kepada wartawan di Kemendag, Senin, 21 April 2025.

Dia menyebut sejumlah pasar alternatif yang potensial menjadi wilayah ekspor, seperti Kanada, Tunisia di Afrika Utara, dan negara-negara maghribi serupa Libya, Mesir, hingga Maroko. “Ini akan menjadi pasar alternatif yang sangat menjanjikan,” ucap Djatmiko.

Kerja sama teranyar untuk sektor ekspor itu, kata Djatmiko, bisa dipantau melalui Indonesia-Canada CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement) pada Desember 2024 yang secepatnya bakal diteken dan ratifikasi. Kemudian, Indonesia juga akan menyelesaikan perundingan kerja sama dagang dengan Peru. Menurut dia, Peru menjadi salah satu negara berkembang yang cukup progresif untuk produk Indonesia.

Kemendag juga menargetkan penyelesain perjanjian dagang dengan Eurasia yang potensial menjadi pasar ekspor kalau kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat itu merugikan Indonesia "Eurasia ini custom union, terdiri dari Rusia, Belarus, Kazakhstan, Tiri Istanbul. Kalau kita bisa memiliki perjanjian-perjanjian Eurasia, akan masuk kita ke kawasan Eropa Timur dan sebagian dari kawasan Asia Tengah," kata Djatmiko.

Pemerintah Indonesia juga optimistis mencapai target ekspor nasional 2025 di tengah kebijakan tarif tersebut. Adapun target ekspor Indonesia untuk tahun ini sebesar US$ 294,45 miliar atau Rp 4.981,26 triliun (kurs Rp 16.917,17). Angka tersebut naik sebesar 7,1 persen dari capaian ekspor tahun lalu yang hanya US$ 241,25 miliar.

Alif Ilham Fajriadi

Bergabung dengan Tempo sejak November 2023. Lulusan UIN Imam Bonjol Padang ini tertarik pada isu perkotaan, lingkungan, dan kriminalitas. Anggota Aliansi Jurnalis Independen.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus