Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Pemerintah Soroti Potensi Sawit sebagai Bahan Bakar Pesawat, Targetkan Produksi 238 Juta Liter per Tahun

Pemerintah mulai melirik potensi minyak sawit sebagai bahan bakar alternatif pesawat ramah lingkungan. Ditargetkan produksi 238 juta liter per tahun pada 2026

24 Agustus 2024 | 08.46 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Dida Gardera mengatakan sawit potensial sebagai bahan bakar alternatif pesawat ramah lingkungan atau sustainable aviation fuel (SAF). Hal itu dipaparkan dalam seminar organiasi penerbangan sipil atau International Civil Aviation Organization (ICAO) 2024 di Bangkok, Thailand.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dida mengatakan, sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar global, Indonesia memproduksi 3,9 juta ton used cooking oil (UCO) pada 2023. “Dan berencana memproduksi 238 juta liter SAF per tahun pada 2026,” kata dia lewat keterangan resmi Jumat, 23 Agustus 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dida memaparkan potensi penggunaannya besar di dalam negeri. Indonesia merupakan salah satu pasar industri penerbangan terbesar di dunia dengan 251 bandara yang ada dan 50 bandara baru dalam rencana pembangunan.

Bahan bakar pesawat dari sawit, menurut dia, dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan dianggap sebagai energi bersih. “Namun, penggunaannya secara komersial masih menghadapi tantangan, seperti keterbatasan bahan baku, biaya tinggi, dan infrastruktur belum memadai,” ujarnya.

Pengujian SAF, menurut Dida, telah dilakukan di Indonesia sejak 2020 dengan hasil uji coba yang berhasil termasuk co-process J2.4 dan uji terbang pada berbagai jenis pesawat. Uji terbang terbaru dilakukan pada kuartal ketiga 2023 di Garuda Boeing 737-800. Hasilnya menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja dibandingkan bahan bakar fosil konvensional.

Selain itu, ada potensi dari jenis Palm Kernel Expeller (PKE) atau bungkil sawit, yang merupakan produk sampingan dari proses ekstraksi minyak kelapa sawit. PKE, menurut Dida, dapat diubah menjadi bioethanol yang dapat digunakan sebagai bahan baku SAF. 

Adapun satu ton PKE dapat menghasilkan 250 liter bioethanol, dengan potensi PKE yang diperkirakan mencapai 6 juta ton per tahun. Indonesia sedang dalam proses mengusulkan PKE sebagai sumber bahan bakar SAF yang masuk dalam daftar lembaga verifikasi lingkungan hidup global, CORSIA.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus