Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Pengamat: Saham Perusahan Farmasi Anjlok saat Pandemi Usai

Pengamat Pasar Modal, William Hartanto, mengatakan saham-saham perusahaan farmasi menurun karena masyarakat tak lagi berada di situasi pandemi

4 Juni 2024 | 07.05 WIB

Apotek Kimia Farma Hidayatullah, Samarinda, Kalimantan Timur.
Perbesar
Apotek Kimia Farma Hidayatullah, Samarinda, Kalimantan Timur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Pasar Modal, William Hartanto, mengatakan saham-saham perusahaan farmasi menurun karena masyarakat tak lagi berada di situasi pandemi. “Jadi panic buying yang terjadi di awal pandemi tak terjadi lagi saat ini, sehingga minat pelaku pasar menurun,” katanya kepada Tempo, Senin, 3 Juni 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut William, kemungkinan ekosistem saham farmasi bisa kian melemah ke depannya. “Itulah kenapa saham-saham farmasi anjlok,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sementara Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana turut menyoroti pergerakan saham seperti PT Kimia Farma Tbk (KAEF) yang masih berada di fase downtrend. “Melihat dari teknikalnya (KAEF dan PEHA) juga masih berada di fase downtrend-nya,” ujarnya.

Dikutip dari data RTI, pada penutupan Senin, 3 Juni 2024, saham Kimia Farma berada di zona merah dengan posisi Rp 715. Saham tersebut turun sebanyak Rp 15 atau 2,05 persen dibanding penutupan sehari sebelumnya di level Rp 730.

Sebelumnya, Manajemen PT Kimia Farma Tbk berkode saham KAEF menemukan dugaan pelanggaran integritas penyediaan data laporan keuangan yang terjadi di anak usaha yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA) pada periode tahun 2021-2022. “Saat ini manajemen KAEF tengah menelusuri lebih lanjut atas dugaan tersebut melalui audit investigasi yang dilakukan oleh pihak independen,” kata Direktur Utama KAEF David Utama dalam keterangan tertulis pada Jumat, 31 Mei 2024. 

Dalam keterangan tersebut, Kimia Farma juga membeberkan terjadinya penurunan laba Kimia Farma sepanjang tahun 2023 akibat inefisiensi operasional dan tingginya nilai Harga Pokok Penjualan (HPP). Adapun salah satu penyebab inefisiensi operasional itu karena kapasitas 10 pabrik yang dimiliki tidak sejalan dengan pemenuhan kebutuhan bisnis perseroan.

“Sebagai langkah untuk meningkatkan efisiensi, perseroan merencanakan akan melakukan optimalisasi fasilitas produksi melalui penataan 10 pabrik menjadi 5 pabrik. HPP tahun 2023 sebesar Rp 6,86 triliun, naik 25,83 persen secara tahunan,” ujar David.

Bagus Pribadi

Bergabung dengan Tempo pada September 2023. Kini menulis untuk desk Jeda yang mencakup olahraga dan seni.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus