Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Pertamina Hulu Rokan dan Pertamina New and Renewable Energy akan mulai membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mendukung transisi energi dan mengurangi emisi karbon. PLTS akan dibangun di Rumbai, Duri, dan Dumai Camp diklaim mampu menghemat biaya operasionalnya hingga US$ 4,3 juta per tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina (Persero) Mulyono mengatakan proyek PLTS ini menjadi role model dan salah satu yang terbesar di Indonesia. “PLTS yang diharapkan akan menghasilkan 25 MW ini merupakan bagian dari rencana Pertamina untuk mencapai 200 MW. Melalui pembangunan PLTS ini, Wilayah Kerja (WK) Rokan memperoleh efisiensi sebesar US$ 5 juta,” katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu, 23 April 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Proyek yang sudah ditandatangani oleh Pertamina Hulu Rokan (PHR) dan Pertamina New and Renewable Energy pada 15 November 2021 ini, diklaim tidak mengganggu keandalan sistem kelistrikan Pertamina Hulu Rokan melalui studi kelayakan pada tahap pertama. PLTS ini akan mengoptimalkan penggunaan komponen dalam negeri sesuai ketentuan terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Secara keseluruhan, PLTS akan menempati lahan seluas 28,16 hektar untuk mendukung kegiatan operasi di WK Rokan. Tidak hanya untuk mengurangi emisi karbon sampai 23 ribu ton per tahun, namun pengurangan fuel gas sebesar 352 MMSCF juga akan menghemat biaya operasional.
Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan Jaffee A. Suardin mengatakan tenaga surya sebagai salah satu energi baru terbarukan bukan sekedar tren global yang diadopsi Indonesia. Transisi energi hijau ini dikatakan sebagai prioritas berkelanjutan oleh negara.
“PHR dalam hal ini turut berpartisipasi dalam mendukung target pemerintah melalui Grand Strategi Energi Nasional untuk mempercepat transisi energi dan target bauran energi dari energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025 serta mencapai net zero emissions di tahun 2060 dengan jangka menengah 29-41 persen di tahun 2030,” tuturnya pada kesempatan yang sama.
Sebagai bagian dari Subholding Upstream Pertamina, PHR terus berkomitmen mengimplementasikan aspek environment, social and governance (ESG) dalam pengelolaan bisnis. Mengingat, Pertamina juga berperan penting di presidensi G20 dalam ruang dialog bisnis internasional di bidang energi.
Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro menyampaikan, kerja sama ini merupakan wujud komitmen Pertamina Group untuk memulai transisi energi dari halaman sendiri dan berkontribusi terhadap program pemerintah. PLTS WK Rokan ini menjadi salah satu showcase energi bersih Pertamina pada acara G20.
“Pertamina NRE akan terus berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkan transisi energi yang berkelanjutan,” ujarnya.