Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

PLN Turunkan Rasio Utang Kena Bunga jadi Rp 452,4 Triliun, Begini Caranya

Direktur PLN, Sinthya Roesly, memaparkan apa saja yang dilakukan perusahaan dalam mengelola utang pada tahun 2020.

31 Mei 2021 | 07.00 WIB

PLN berhasil menuntaskan pembangunan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 275 kiloVolt (kV) yang dijadikan backbone kelistrikan di Sumatera (sumber: PLN)
Perbesar
PLN berhasil menuntaskan pembangunan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 275 kiloVolt (kV) yang dijadikan backbone kelistrikan di Sumatera (sumber: PLN)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, Sinthya Roesly, memaparkan apa saja yang dilakukan perusahaan dalam mengelola utang pada tahun lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Selama tahun 2020, kata Sinthya, PLN telah menurunkan jumlah interest bearing debt (rasio utang kena bunga) menjadi senilai Rp 452,4 triliun bila dibandingkan dengan tahun 2019. Pencapaian ini ditopang aksi korporasi PLN berupa pelunasan pinjaman sebelum jatuh tempo sekitar Rp 30 triliun, segera setelah diperoleh kompensasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pelunasan utang sebelum jatuh tempo itu dilakukan seiring dengan telah diterimanya piutang kompensasi dari pemerintah untuk 2018 dan 2019 dengan total senilai Rp 45,4 triliun. Selain itu ada penerbitan global medium term notes (GMTN) senilai US$ 1,5 miliar pada Juni 2020 dengan tingkat bunga lebih rendah dan tenor lebih panjang dibanding pinjaman sebelumnya.

Sinthya menyebutkan penerbitan GMTN pada tahun lalu itu meraup sukses besar. Pasalnya bunga yang didapat jauh lebih murah dan kompresi harga dari indikatif awal sekitar 0,7 persen dan memperoleh penawaran oversub dari para investor global.

Hal tersebut merupakan rangkaian upaya liability management untuk menurunkan beban cashflow pinjaman dalam jangka panjang, serta upaya perbaikan cashflow terutama 5 tahun ke depan. Selain itu artinya ada penurunan beban bunga pinjaman dan untuk mengendalikan biaya pokok penyediaan listrik dan subsidi. "Seiring dengan turunnya beban bunga pinjaman,” ujar Sinthya melalui keterangan tertulisnya, Ahad, 30 Mei 2021.

Selain itu, langkah tersebut juga diambil untuk menurunkan kewajiban pinjaman melalui pelunasan atas pinjaman-pinjaman dengan tingkat bunga tinggi, sehingga beban keuangan perseroan menjadi lebih efisien. Dengan pelunasan pinjaman di luar jadwal pembayaran sekitar Rp 30 triliun tersebut, batas maksimum pemberian kredit (BMPK) bagi PLN dapat diperbaiki.

Dengan adanya upaya-upaya tersebut, kata Sinthya, maka rasio leverage perseroan menjadi lebih baik dibanding tahun lalu. Tak hanya itu, kemampuan arus kas operasi untuk memenuhi kewajiban pinjaman baik pokok dan bunga pinjaman juga naik secara signifikan di 2020.

PLN juga terus memperbaiki dan membenahi kondisi internal dengan efisiensi strategi oportunistik, yaitu perolehan pinjaman baru dengan tingkat biaya pinjaman yang jauh lebih murah dan tenor lebih panjang dengan memanfaatkan kondisi pasar lokal dan global secara berkelanjutan.

“Di masa pandemi dan krisis global saat ini, kami memanfaatkan momentum tersebut untuk melakukan berbagai efisiensi biaya, perbaikan proses bisnis, dibarengi upaya untuk melakukan berbagai langkah untuk mencari dana murah serta menurunkan cost of fund,” kata Sinthya.

Di samping melakukan voluntary prepayment, sepanjang 2020, PLN juga melakukan diversifikasi pinjaman untuk mendapatkan cost of fund yang paling optimal. Perusahaan pelat merah itu juga mengelola risiko keuangan melalui aktivitas lindung nilai (hedging) sesuai panduan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

Di sisi pengelolaan keuangan, pada 2020, melalui program transformasi, PLN juga membangun Cash War Room yang dikelola secara prudent dan dimonitor on daily basis, berfokus pada pengendalian likuiditas melalui berbagai inisiatif yang dijalankan di perusahaan. “Agar PLN lebih agile, adaptif, antisipatif, inovatif, dan kolaboratif dalam rangka menjadikan PLN sebagai perusahaan yang siap bertransformasi menjadi perusahaan yang menang dalam persaingan dan sustainable dalam bisnis dan finansialnya." 

Sepanjang tahun 2020, PLN tercatat membukukan laba bersih senilai Rp 5,99 triliun. Angka tersebut naik Rp 1,6 triliun dari laba bersih pada 2019 sekitar Rp 4,3 triliun.

BISNIS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus