Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Profil Bisnis 5 Pejabat Terkaya Indonesia Versi LHKPN: Dato Sri Tahir Nomor 1, Prabowo Urutan Berapa?

Anggota Wantimpres Dato Sri Tahir jadi pejabat terkaya versi LHKPN 2023. Prabowo urutan ke berapa?

5 April 2024 | 21.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden atau Wantimpres, Dato Sri Tahir, jadi pejabat terkaya versi Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) 2023. Posisi itu disusul berurutan yakni Menparekraf Sandiaga Uno, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dato Sri Tahir melaporkan kekayaannya ke Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK dengan total harta Rp 9 triliun, status proses verifikasi. Lalu Sandiaga Uno dengan kekayaan Rp 7,9 triliun. Sakti Wahyu Trenggono dengan kekayaan Rp 2,6 triliun. Erick Thohir dengan kekayaan Rp 2,3 triliun. Serta Prabowo Subianto dengan kekayaan Rp 2 triliun

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tempo.co telah merangkum profil bisnis para pejabat terkaya versi LHKPN tersebut, berikut ulasannya:

1. Dato Sri Tahir

Melansir tahirfoundation.or.id, Tahir merupakan pengusaha pemilik dari Mayapada Group. Sektor bisnis yang menjadi unggulannya ialah perbankan, yaitu PT Bank Mayapada Internasional alias Bank Mayapada. Saat ini, Bank Mayapada suda memiliki cabang di seluruh Indonesia.

Pemilik nama asli Ang Tjoen Ming lahir di Surabaya, 26 Maret 1952. Ia merupakan anak dari pasangan Ang Boen Ing dan Lie Tjien Lien. Ia berasal dari keluarga yang kurang mampu, dahulu orang tuanya berprofesi sebagai juragan becak. Tahir kuliah di Singapura dengan Beasiswa. Di sana, sembari menempuh pendidikan, dia memulai bisnisnya.

Bisnisnya diawali pada sektor garmen dengan membeli pakaian dan sepeda di Singapura lalu diniagakan kembali di Indonesia. Kemudian ia masuk ke bidang keuangan yang dibuka dengan mendirikan Mayapada Group pada 1986. Bisnisnya melaju lebih cepat daripada yang dibayangkan, bahkan ia mampu bertahan di tengah kondisi krisis moneter pada 1998.

Sebagaimana data Forbes, pada 2022, Dato Sri Tahir dan keluarga memiliki kekayaan bersih mencapai US$ 4,4 miliar atau setara Rp 66,15 triliun (kurs Rp 15.037). Harta kekayaannya berasal dari saham Bank Mayapada, Maha Properti Indonesia, dan berbagai properti yang tersebar di Singapura. Angka itu terus meningkat lantaran istrinya merupakan putri taipan Mochtar Riady.

Dato Sri Tahir sendiri menempati peringkat ke-9 orang terkaya di Indonesia pada 2022. Sedangkan di tingkat global, ia menduduki posisi ke-645 per 20 Juni 2023. Berdasarkan arsip Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Tahir menjadi salah satu dari 50 pengusaha Tionghoa paling berhasil di luar negeri. Ia dianugerahi penghargaan Ernst & Young Entrepreneur of the Year Award pada 2011.

2. Sandiaga Uno

Sandiaga Uno memiliki sumber kekayaan yang berasal dari tanah dan bangunan di Jakarta, Amerika Serikat, dan Singapura. Dia juga punya aset real estate yakni 15 properti yang tersebar di Indonesia, Singapura dan Amerika Serikat. Pundi-pundi uangnya antara lain dari perusahaan investasi ternama, yakni PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG).

3. Wahyu Sakti Trenggono

Nama Wahyu Trenggono moncer sebagai pengusaha di bidang telekomunikasi. Dia bahkan dijuluki sebagai Raja Menara. Pria kelahiran Semarang, 3 November 1962 ini memulai bisnis penjualan perangkat telekomunikasi melalui perusahaan yang didirikannya dengan Abdul Satar dan Abdul Erwin, PT Solusindo Kreasi Pratama.

Trenggono kemudian beralih fokus ke bisnis penyewaan menara base transceiver dengan mendirikan PT Indonesian Tower. Usaha Trenggono mulai tampak bersinar sewaktu mereka melakukan penawaran saham perdana (IPO) ke publik delapan tahun kemudian. Nilai perusahaannya melejit menjadi US$ 1,5 miliar atau kurang-lebih Rp 18 triliun.

Lalu, pada 2012, menurut dia seperti dikutip dari Majalah Tempo edisi 17 November 2014, valuasi usahanya berlipat jadi US$ 3 miliar, setelah ia mengambil alih 2.500 tower dari PT Indosat. Lompatan prestasi di ladang bisnis itu terjadi seiring dengan meluasnya penjelajahan Trenggono di kancah politik.

Trenggono makin sering disebut dalam proyek berbasis tower yang ada di PT Telkom Tbk. Salah satu yang santer terdengar adalah rencana penjualan anak usaha Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), kepada PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. Bukan kebetulan, karena Tower Bersama kemudian menjadi induk dari perusahaan milik Trenggono, setelah keduanya melakukan merger pada 2010.

4. Erick Thohir

Berbagai lini bisnis, mulai dari media hingga jasa penyelenggara acara (event organizer) menjadi sumber kekayaan Erick Thohir. Insting bisnis sudah muncul sejak dirinya remaja berkat didikan sang ayah, Teddy Thohir, pemilik Astra International Group. Dia sempat membeli saham klub sepak bola Inter Milan dan D.C United. Kemudian ia kembali berinvestasi pada Oxford United sejak November 2018.

Kecintaan pada dunia sepak bola dibuktikannya lagi setelah mengakuisisi Persis Solo bersama Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi. Sebelum memutuskan berkiprah di institusi pemerintah, Erick Thohir pernah menjalankan perusahaan kelapa sawit dan pertambangan, PT Adaro Energy Tbk. Adapun perusahaan Erick Thohir yang masih aktif beroperasi yakni Mahaka Advertising, Jak TV, Alive Indonesia, Golf Digest Indonesia, serta Republika Online dan Harian Republika.

5. Prabowo Subianto

Sebelum aktif di politik, Prabowo sempat menjadi perwakilan kelompok bisnis adiknya, Tirtamas/Comexindo. Merujuk paparan George Aditjondro dalam Korupsi Kepresidenan (2006), saat di Aman, Yordania, Prabowo berupaya mempersiapkan bisnis tambang, pengolahan kertas, dan penggalian sumber-sumber energi.

Pada 2001, Prabowo dan rekannya, mendirikan Nusantara Energi. Perusahaan ini kemudian menjadi mesin pendulang kekayaan bagi Prabowo. Awalnya bisnis bergerak di industri kertas bernama PT Kiani Kertas di Berau, Kalimantan Timur.

PT Kiani Kertas awalnya dimiliki oleh Raja Hutan Bob Hasan. Namun, pada 1990-an, perusahaan ini diambil alih negara karena dianggap tidak sehat. Prabowo ingin membangkitkan perusahaan kertas tersebut, membelinya senilai Rp 1,8 Triliun dan mengubahnya menjadi PT Kertas Nusantara.

Di tangan Prabowo, Kiani Kertas tetap dianggap perusahaan tak sehat dan tak begitu sukses. Setelah bermain di industri kertas, Prabowo pindah ke sektor bisnis lain. Tercatat, Prabowo sempat bermain di bisnis minyak kelapa sawit melalui PT Tidar Kerinci Agung, bidang perikanan lewat PT Jaladri Nusantara dan sektor migas lewat PT Nusantara Energy.

Seluruh bisnis tersebut berada di bawah naungan Nusantara Group yang membawahi 27 perusahaan di dalam dan luar negeri. Selama menjalani bisnis Prabowo tidak sendirian. Dia menaruh kepercayaan besar kepada rekan politik dan keluarganya. Hal ini yang menjadi kunci bisnis Prabowo.

HENDRIK KHOIRUL MUHID  | NUR QOMARIYAH | FATHUR RACHMAN | MELYNDA DWI PUSPITA | DEWI NURITA | MAJALAH TEMPO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus