Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Proyeksi Pertumbuhan Kebutuhan Listrik Nasional Menurun

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignatius Jonan mengumumkan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2018-2027.

14 Maret 2018 | 08.00 WIB

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan setelah melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2017 secara elektronik di kantornya, Jakarta, 6 Maret 2018. Jonan didampingi langsung Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan Jakarta Selatan II Edi Slamet Irianto dan sejumlah pegawai kanwil DJP Jakarta Selatan II lainnya. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan setelah melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2017 secara elektronik di kantornya, Jakarta, 6 Maret 2018. Jonan didampingi langsung Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan Jakarta Selatan II Edi Slamet Irianto dan sejumlah pegawai kanwil DJP Jakarta Selatan II lainnya. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignatius Jonan mengumumkan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2018-2027 yang telah disetujui pemerintah, hari ini, 13 Maret 2018. Dalam RUPTL itu tercatat proyeksi rata-rata pertumbuhan kebutuhan listrik nasional adalah 6,86 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Angka itu menurun ketimbang kebutuhan listrik 2017-2026 yang diperkirakan mencapai 8,3 persen. Menurut Jonan, perubahan itu disesuaikan dengan keperluan pasokan listrik di masing-masing wilayah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Waktu membuat RUPTL 2017-2026 mengikuti program yang kita yakin bahwa kebutuhan itu lebih tinggi daripada sekarang. Kebutuhan listrik sekarang 7 persen. Kalau melonjak, kita ubah lagi," kata Jonan di kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Selasa, 13 Maret.

Menurut Jonan, program kelistrikan desa sudah masuk proyeksi RUPTL 2018-2027. Artinya, pemerintah melalui PLN harus memenuhi daya listrik yang diperlukan penduduk desa. Jonan mencontohkan, bila dua dari lima dusun di satu desa tidak menerima aliran listrik, pemerintah harus menyalurkan listrik ke tiga dusun lagi.

Menurunnya proyeksi kebutuhan listrik berdampak pada berkurangnya rencana pembangunan pembangkit listrik 2018-2027 yang totalnya 56.024 megawatt (MW). Sedangkan target pembangunan pembangkit listrik di RUPTL sebelumnya, yakni 77,9 ribu MW.

Jonan melanjutkan, untuk target bauran energi pembangkit listrik 2018-2027 terdiri atas 58,5 persen batu bara; 20,4 persen energi baru terbarukan (EBT); 20,4 persen gas; dan 0,6 persen bahan bakar minyak (BBM).

Selain itu, rencana pembangunan jaringan transmisi diproyeksikan 63.855 kilometer sirkuit (kms) dengan pembangunan gardu induk 151.424 megavolt-ampere (MVA). Dalam RUPTL 2018-2027, pemerintah juga bermaksud membangun jaringan distribusi 526.390 kms dan gardu distribusi 50.216 MVA.

Menurut Jonan, waktu pengoperasian pembangkit listrik atau sertifikat laik operasi (SLO) disesuaikan dengan proyeksi kebutuhan atau pertumbuhan listrik di setiap wilayah. "Memang setiap wilayah beda-beda," ujarnya.

Lani Diana

Menjadi wartawan Tempo sejak 2017 dan meliput isu perkotaan hingga kriminalitas. Alumni Universitas Multimedia Nusantara (UMN) bidang jurnalistik. Mengikuti program Executive Leadership Program yang diselenggarakan Asian American Journalists Association (AAJA) Asia pada 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus