Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Buana Lintas Lautan membidik pengangkutan batu bara sebagai rencana ekspansi bisnisnya berikutnya. Saat ini, perseroan dengan kode emiten BULL aktif berbisnis di pengangkutan minyak dan gas sebagai bisnis utama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Perseroan membidik bisnis kapal curah kering, seperti kapal pengangkutan batu bara serta kapal tunda dan tongkang," ujar Direktur Utama BULL Wong Kevin di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis, 21 Juni 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kevin mengatakan rencana perseroan tersebut dibuat untuk menyambut kebijakan Beyond Cabotage, yakni Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 82 Tahun 2017 tentang ketentuan Penggunaan Angkutan Laut dan Asuransi Nasional untuk Ekspor dan Impor Barang Tertentu.
"Peraturan itu mengatur tentang penggunaan kapal berbendera Indonesia untuk ekspor batu bara dan CPO mulai Mei 2020," kata Kevin.
Rencana ekspansi itu juga didukung dengan data yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor batu bara terbesar di dunia. Pada 2017, Indonesia mengekspor 364 juta ton batu bara.
"Harga batu bara terus meningkat seiring permintaan di sejumlah negara seperti Vietnam, Tiongkok, dan India," tutur Kevin.
Sebagai langkah awal, perseroan mengincar pasar dalam negeri terlebih dahulu. Sebab, saat ini pun ia memprediksi pasar batu bara dalam negeri masih tinggi.
Hal tersebut pun didukung oleh kondisi Geografi Indonesia yang berbentuk kepulauan mengharuskan penggunaan kapal sebagai alat transportasi. Alasannya, batu bara di Indonesia umumnya dihasilkan di Kalimantan dan Sumatera, sedangkan pengguna batu bara umumnya berada di Jawa.
Selain berekspansi ke sektor batu bara, Kevin mengatakan perusahaan masih akan berfokus pada sektor pengangkutan minyak. Sebab, saat ini permintaan angkutan minyak lebih tinggi dari persediaan kapar tanker yang ada. Sehingga tarif sewanya melonjak.
"Di tahun 2018, peningkatan permintaan diprediksi 3 persen di atas pengembangan armada," ujar dia. Dampaknya, dia memperhitungkan perseroan akan naik laba bersihnya setidaknya USD 365 ribu per tahun per kapal.
Untuk melaksanakan rencananya, perseroan bersiap melakukan right issue atau penerbitan sebanyak-banyaknya 2,51 saham baru. Melalui aksi korporasi tersebut, perusahaan angkutan minyak, gas dan kimia untuk pasar domestik dan internasional dengan kode emiten BULL itu menargetkan perolehan dana segar sekitar Rp 351,86 miliar.
Saham baru itu akan ditawarkan seharga Rp 140 per lembar, adapun harga nominalnya adalah Rp 100 per lembar. "Rencananya, dana akan digunakan untuk working capital dan pengembangan usaha," ujar Kevin.