Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - International Franchise, License, Business Concept Expo and Conference atau IFRA untuk ke-17 kalinya digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, 5 sampai 7 Juli 2019. Pameran waralaba ini memberikan peluang kepada masyarakat untuk membuka usaha franchise atau mendanai sebuah bisnis milik orang lain.
Baca juga: Waralaba Indonesia Masih Didominasi Produk Makanan dan Minuman
“IFRA 2019 menghubungkan ribuah pemilik bisnis, pengusaha, dan investor pada lebih dari 200 mereka, peserta pameran, dan pemilik waralaba,” kata panitia dalam laman resminya pada Sabtu, 6 Juli 2019.
Dalam pameran ini, beberapa jenis brand hadir. Di antaranya yaitu seperti restoran ayam goreng CFC, restoran Korea Magal, kuliner Oto Bento, toko ritel Indomaret, kebab turki Baba Rafi, kedai kofi Kopyor, hingga brand properti seperti Condotel - Hotel Le Eminence di Lembang, Bandung, Jawa Barat. Masing-masing unit usaha ini memiliki skema kerja sama waralaba yang berbeda-beda satu sama lain.
Tempo mencoba merangkum beberapa jenis kerja sama waralaba, berikut di antaranya:
Pertama yaitu CFC, merek ayam goreng di bawah PT Pioneerindo Gourmet Indonesia Tbk yang telah berdiri selama 35 tahun sejak 1983. Dalam pameran ini, CFC menghadirkan dua paket waralaba yaitu full franchise dan joint venture. Untuk paket full franchise, nilai investasi yang dibutuhkan adalah Rp 500 juta. Uang ini telah termasuk peralatan restoran, dekorasi, hingga seragam karyawan. Adapun minimun luas restoran yang harus disewa yaitu 80 meter persegi.
Untuk paket joint venture, nilai investasi lebih murah yaitu Rp 450 juta. Berbeda dengan paket pertama, paket kedua ini mensyaratkan adanya komisi bagi hasil sebanyak 11 persen. Kedua nilai investasi ini belum termasuk PPN atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang bisa berubah sewatu-waktu.
Kedua yaitu Kopyor, sebuah merek minuman kopi dan kelapa kopyor dari PT Otewe Maju Bersama yang telah memiliki 30 outlet di berbagai daerah di Indonesia. Dalam pameran ini, pemilik melego harga paket kemitraan dari semula Rp 75 juta, menjadi Rp 50 juta saja. Uang ini telah termasuk lisensi merek kopi Kopyot selama 3 tahun, mesin kopi, tablet android, seragam, pelatihan dan SOP.
Dalam pameran ini, pemilik juga menampilkan simulasi penjualan kopi Kopyor dalam satu bulan. Simulasinya yaitu rata-rata penjualan paling rendah 70 gelas per hari dengan harga rata-rata Rp 20 ribu. Maka dalam satu bulan, pembeli waralaba ini bisa mengantongi total penjualan Rp 42 juta. Angka ini harus dikurangi dengan harga pokok penjualan sekitar Rp 16 juta dan biaya operasional Rp 16 juta. Sehingga, keuntungan bersih yang diterima per bulan adalah sekitar Rp 8,9 juta.
Ketiga yaitu Oto Bento, sebuah merek kuliner khas Jepang atau bento. Pemilik waralaba, CV Oto Boga Jaya menawarkan tiga paket yaitu mini resto seharga Rp 225 juta, resto seharga Rp 325 juta, dan cafe resto seharga Rp 425 juta. Namun, nilai investasi ini belum termasuk biaya pengiriman, survei, transportasi, dan akomodasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini