Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Rajawalipun Berbinar

Sep. th. depan, pengelola televisi swasta PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia mulai beroperasi. Dana usaha ini Rp 80 milyar. Sementara siaran terbatas untuk Jakarta, lokasi studio masih dicari.

21 November 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH ladang bisnis baru telah dibuka. Penerukanya: PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) -- yang mulai September tahun depan akan bersaing dengan TVRI. Untuk jadi perintis televisi swasta di Indonesia itu, RCTI menyediakan dana tak kurang dari Rp 80 milyar. RCTI, yang dipimpin oleh Peter Sondakh, berkantor di lantai sebelas di Wisma Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Ia adalah satu dari tujuh anak perusahaan grup Rajawali, yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan umum, ekspor-impor, kontraktor, dan konsultan. Dalam penyelenggaraan SST, RCTI hanya sebagai pelaksana. Wewenang penyelenggaraan SST ada di tangan Yayasan TVRI. "TVRI tak diperbolehkan mencari dana," kata Direktur TVRI Ishadi S.K. "Yang diizinkan mencari biaya untuk menghidupi siaran adalah Yayasan TVRI." Pelaksanaan kerja sama antara Yayasan TVRI dan RCTI, hingga pekan ini, masih dirundingkan. Terutama yang menyangkut masalah pembagian keuntungan. "Masing-masing menginginkan persentase pembagian yang besar," kata Dirjen RTF Alex Leo Zulkarnain seusai memimpin pertemuan antara pihak TVRI dan RCTI di ruang kerjanya, Senin pekan ini. Karena itu, RCTI belum dapat memastikan jumlah personel yang akan mendukung penyelenggaraan SST, program siaran yang akan diudarakan, dan berapa iuran yang akan dipungut dari pelanggan. "Kami masih mempelajari bahan dan data tentang semua itu," ujar Peter Sondakh. Bambang Trihatmojo, salah seorang yang disebut-sebut sebagai pendukung utama RCTI, bercerita banyak tentang persiapan Saluran Siaran Terbatas kepada TEMPO di sela-sela kesibukannya mengikuti Kongres FKPPI di Magelang, akhir pekan lalu. Pimpinan grup perusahaan Bimantara ini bercerita tentang persiapan dan prospek SST. Petikannya: Sejauh mana persiapan yang sudah dilakukan RCTI dalam mengelola SST? Saat ini kami masih terus melakukan studi kelayakan. Kami berharap masalah ini sudah selesai sebelum September 1988. Apakah semua persiapan ditangani oleh RCTI? Tidak seluruhnya. Kami minta bantuan TVRI di samping konsultan dari Amerika Serikat. Tentang tenaga teknis yang akan mengelola SST, kami masih memikirkan apakah mereka akan dikirim ke luar negeri atau cukup dididik di MMTC (Multi-Media Training Centre), Yogyakarta. Bagaimana prospek SST? Dari hasil studi sementara, kami bisa memperoleh 100 ribu hingga 500 ribu pelanggan. Kalau jumlah itu bisa kami capai iklan diharapkan bakal banyak yang masuk. Mengapa jangkauan SST terbatas untuk Jakarta dan sekitarnya? Untuk sementara SST memang akan dipancarkan di Jakarta dulu sebagai uji coba. Kalau hasilnya baik, bisa dikembangkan ke daerah-daerah lain. Dan, pengelolanya tak selalu mesti RCTI. Apa ragam siaran yang akan disajikan SST? Porsi acara akan lebih banyak pada hiburan, terutama yang bersifat mendidik, seperti film-film tentang flora dan fauna. Di mana lokasi studio SST? Sampai saat ini lokasi studio belum ditentukan. Masih dicari. Apakah SST nanti meniru TV swasta seperti di luar negeri belum tahu. Yang pasti, kami tentu akan meniru TVRI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus