Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen PT AXA Mandiri Finance Services merespons mengenai aksi boikot karena perusahaannya disebut terafiliasi dengan Israel. Nama perusahaan asuransi AXA muncul dalam daftar BDS Movement (Boycott, Divestment, and Sanctions Movement) suatu bentuk protes untuk memberikan sanksi kepada Israel yang terus menyerang Palestina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Chief Communication Officer PT AXA Mandiri Finance Services Atria Amino Rai mengatakan bahwa tidak benar perusahaan mendukung agresi militer Israel. “Tidak sama sekali. Ini saya nggak bicara spesifik AXA Mandiri ya tapi dari AXA Group,” ujar Atria dalam konferensi pers di Rumah AAJI, Jakarta Pusat, pada Rabu, 29 November 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jadi, dia menjelaskan bahwa cara berbisnis AXA Group termasuk produk yang dikeluarkan sudah mematuhi semua aturan. Termasuk juga mengikuti norma-norma internasional khususnya dalam penegakan hak asasi manusia.
“Jadi berita itu tidak benar dan sama sekali AXA Group tidak mendukung agresi militer,” tutur Atria. “Kami sangat comply dalam melakukan bisnis termasuk produk dan lain-lain sesuai dengan peraturan yang berlaku.”
Gerakan BDS diluncurkan oleh 170 organisasi sipil Palestina, jaringan pengungsi, organisasi perempuan, organisasi profesional, komite perjuangan populer, dan organisasi sipil Palestina lainnya. Gerakan BDS diinisiasi pada 2005 oleh aktivis Palestina, Ramy Shaath dan Omar Barghouti. Saat ini, gerakan BDS telah didukung oleh ratusan organisasi sipil Palestina.
Gerakan BDS ini merilis empat kategori produk. “Consumer boycott targets (target boikot konsumen), divestment targets (target divestasi), pressure (non-boycotts) targets, dan organic boycott targets (target boikot organik),” demikian terulis dalam laman resminya.
Kategori pertama consumer boycott target, merupakan aksi boikot sepenuhnya terhadap sebuah produk karena rekam jejak perusahaan pemilik produk yang telah terbukti mendukung Israel. Beberapa perusahaan yang termasuk dalam kategori boikot ini diantaranya adalah Siemens, Puma, Carrefour, AXA, Hewlett Packard atau HP, dan lainnya.
Lalu, kedua divestment targets adalah aksi menekan pemerintah, institusi, dan lembaga investasi untuk menarik investasinya (divestasi) dari perusahaan yang terbukti terlibat mendukung pendudukan Israel terhadap Palestina. Perusahaan tersebut berada di beragam sektor, mulai dari perbankan, manufaktur, hingga produsen senjata api.
“Sejumlah perusahaan yang termasuk dalam sasaran divestment targets di antaranya HD Hyundai, Volvo, Barclays, Chevron, CAF, dan lain-lain,” tulis BDS Movement.
Selanjutnya, ketiga pressure (non-boycott) targets merupakan gerakan untuk mendukung sebuah produk atau layanan untuk mengakhiri dukungannya secara langsung kepada Israel. Produk atau layanan yang termasuk pada kategori ini belum secara langsung diboikot oleh BDS Movement.
“Google, Amazon, Airbnb, Expedia, dan Disney merupakan beberapa contoh entitas yang masuk dalam kategori boikot ketiga ini,” katanya.
Kemudian terakhir, organic boycott targets. Sasaran boikot pada produk atau layanan ini tidak secara langsung dilakukan oleh BDS Movement. Namun, BDS Movement mendukung adanya boikot terhadap produk atau layanan tersebut karena dukungannya terhadap genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina.
Beberapa contoh sasaran boikot pada kategori keempat ini adalah McDonald’s, Burger King, Papa John’s, Pizza Hut dan lainnya.