Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Rupiah Tertekan Imbas Tarif Trump, Analis Prediksi Bisa Tembus Rp 17.050 per Dolar AS Besok

Rupiah diprediksi masih akan tertekan imbas sentimen global, khususnya efek tarif impor AS.

6 April 2025 | 16.56 WIB

Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah sempat menembus angka Rp 17.000 per dolar Amerika Serikat di pasar asing atau  non-deliverable forward (NDF) selama lebaran. Faktor global termasuk pemberlakuan tarif impor AS dianggap jadi salah satu pemicunya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada perdagangan Jumat, 4 April 2025, rupiah sempat menyentuh level Rp 17.006 per dolar AS. Analis Forex Ibrahim Assuabi mengatakan ada berapa data fundamental yang memengaruhi penguatan dolar. “Misal data ketenagakerjaan AS yang ternyata lebih baik dibanding ekspektasi sebelumnya,” ucapnya lewat pernyataan resmi dikutip Ahad, 6 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Selain itu, menurut Ibrahim, penguatan dolar disebabkan testimoni Bank Sentral AS atau The Fed pada Jumat malam. The Fed mengisyaratkan penurunan suku bunga belum akan terjadi dalam waktu dekat. Penurunan suku bunga saat ini disebut terlalu dini, khsusnya dalam kondisi ekonomi global sedang bermasalah dan inflasi yang masih tetap tinggi. 

Penurunan suku bunga masih akan menunggu dampak dari perang dagang. Sehingga menurut Ibrahim, prediksi penurunan suku bunga sebanyak 3 kali atau 75 basis poin pada 2025 meleset. “Kemungkinan besar hanya tinggal  mimpi. Ini yang menyebabkan indeks dolar kembali mengalami penguatan signifikan,” ucapnya.

Sejak Presiden Donald Trump mengumumkan penerapan tarif impor atau reciprocal tariffs terhadap banyak negara di dunia, kurs juga terpengaruh. Karena dampaknya tak hanya bagi Cina, Eropa, Kanada dan Meksiko, tapi hampir semua negara. Termasuk produk asal Indonesia yang oleh AS dikenakan bea impor sebesar 32 persen.

Beberapa negara mulai melakukan perlawanan, sementara itu, pemerintah Indonesia memilih langkah negosiasi. “Seharusnya Indonesia melakukan perlawanan juga dengan memberikan bea impor 32 persen terhadap produk-produk dari Amerika, tapi ternyata tidak,” ucap Ibrahim.

Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga terus memanas. Hal ini berpengaruh pada pelemahan signifikan mata uang rupiah.

Untuk menjaga kestabilan rupiah, Bank Indonesia melakukan upaya melalui optimalisasi instrumen triple intervention atau tiga intervensi. Antara lain intervensi di pasar valuta asing pada transaksi spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta Surat Berharga Negara di pasar sekunder.

Walaupun BI melakukan langkah intervensi di pasar valuta asing, obligasi dan perdagangan DNDF, Ibrahim berpendapat kemungkinan besar tak akan berdampak besar. “Karena ada kemungkinan pada pembukaan pasar Senin, rupiah akan tembus Rp 17.050 per dolar,” ucapnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus