Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan perang antara Rusia dan Ukraina sempat membuat sejumlah bursa saham terkoreksi. Meski begitu, nilai tukar dolar AS dan harga komoditi seperti emas dan minyak bumi justru meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ia menjelaskan, invasi Rusia menyebabkan pasar saham kaget merespons langkah Presiden Vladimir Putin. Di dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) misalnya, sempat turun ke level 6.791,9 pada Kamis, 24 Februari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kemarin pasar kaget karena adanya invasi,” katanya saat dihubungi pada Jumat, 25 Februari 2022.
Menurut dia, invasi yang juga direspons oleh negara Eropa seperti Inggris dan Amerika Serikat dengan memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia berdampak ke sejumlah sektor ekonomi. Beberapa sektor itu adalah perbankan, minyak, dan gas alam yang diputus kerja samanya oleh negara Eropa seperti Jerman.
Dengan posisi Rusia sebagai eksportir gas alam dan minyak ke sejumlah negara Eropa, harga komoditas itu pun melonjak.
Pasar juga mengamati bagaimana pemerintah Rusia menargetkan bisa menguasai ibu kota Kyiev, Ukraina dalam waktu lima hari. Hal tersebut memberikan optimisme pasar modal, apalagi Putin mengklaim tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
“Karena yang disasar adalah tempat militer, bukan pusat bisnis. Tapi kita lihat Sabtu-Minggu apakah Rusia menguasai Ibu Kota Kyiev dan Presiden Ukraina diganti?” kata Ibrahim.
Dia memprediksi, apabila pada Senin nanti Kyiev sudah dikuasai, kemungkinan saham perbankan dan komoditi seperti emas dan minyak akan naik lagi. Jika belum dikuasai juga, maka bisa saja saham masih dominan terlihat memerah.
Ibrahim mengatakan, nilai tukar dolar yang menguat diiringi dengan harga emas meningkat dikatakan tidak wajar. Justru ia menduga ada permainan harga dari para spekulator.
“Kemarin harga dolar dan emas naik, itu harga gak wajar, harga yang dimainkan para spekulan. Sehingga pada saat harga sudah tertinggi, terjadilah koreksi cukup tajam. Ini benar-benar yang dimainkan spekulan,” ujarnya.
Ibrahim sempat memantau harga emas saat terjadi invasi sempat melejit mulai dari US$ 1.894 sampai US$ 1.974 per troy ounce. Namun kini harga sudah mulai kembali menurun di harga US$ 1.890,14 per troy ounce.
Selain pasar saham, emas, dan nilai mata uang dolar Amerika Serikat, koin aset kripto juga turut terkena imbas dari invasi Rusia.
Pasar merespons keadaan ini dengan ketidakpastian, apalagi bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) juga masih memperhitungkan apakah kenaikan suku bunga akan benar terjadi pada Maret 2022 atau tidak.
Sehingga pasar aset kripto juga banyak yang mengalami koreksi akibat pasar yang terguncang saat invasi. “Saat ini Bitcoin sedang menguji ke posisi terendahnya di US$ 30 ribu per koin,” tutur Ibrahim.
Lebih jauh, Ibrahim menduga spekulan yang terdiri dari para pengusaha ini masih menunggu pasar sampai harga terlihat naik di tengah konflik. Pada saat harga terlihat mencapai harga tertinggi, barulah mereka melakukan aksi taking profit.
Ia memperkirakan isu geopolitik tersebut tidak akan berdampak berkepanjangan juga terhadap negara tetangga Rusia dan Ukraina. Justru yang patut diwaspadai adalah saat ikut campurnya pihak ketiga, seperti negara anggota NATO dan Amerika Serikat dalam konflik ini.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.