Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Saran Psikolog agar Kesehatan Mental dan Keseimbangan Porsi Kerja Terjaga

Pekerja perlu menjaga kesehatan mental dengan mulai menghadirkan batasan-batasan dengan rekan atau atasan agar ada keseimbangan dalam porsi kerja.

14 Februari 2025 | 22.42 WIB

Ilustrasi perempuan stres dengan pekerjaan. Foto: Freepik.com/Benzoix
Perbesar
Ilustrasi perempuan stres dengan pekerjaan. Foto: Freepik.com/Benzoix

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Pekerja dapat menjaga kesehatan mental dengan mulai memberikan keseimbangan dalam porsi kerja, menjaga batasan hingga membentuk pola hidup yang harmonis. Pendapat itu dilontarkan oleh psikolog klinis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya Kota Denpasar, Bali, Nena Mawar Sari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Dengan memberikan keseimbangan dalam porsi, jadi jam kerjanya, interaksi dengan keluarga, bagaimana pola hidupnya satu kesatuan yang harmonis,” kata Nena, Jumat, 14 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Psikolog di Klinik Bali Psikologi ini menambahkan perusahaan-perusahaan juga dapat mulai memperhatikan mental pekerja dengan menghadirkan kegiatan sesi berbagi dengan mengundang psikolog sebagai dukungan terhadap para pekerja. Ia berharap budaya kerja yang memiliki tekanan pekerjaan tertentu hingga lingkungan yang tidak kondusif bisa menjadi perhatian bagi manajemen perusahaan.

Sementara dari sisi pekerja, untuk menjaga kesehatan mental dapat mulai dengan menghadirkan batasan-batasan dengan rekan atau atasan. 

“Relasi kita dengan orang-orang yang berpotensi membuat kita stres juga perlu diatur. Jadi bersikap asertif atau berani mengatakan tidak tanpa rasa bersalah perlu dilakukan oleh setiap karyawan,” saran Nena.

Relaksasi dan meditasi
Menurut Nena, berani menolak merupakan upaya orang untuk mulai mendengarkan kapasitas tubuh dan pikiran. “Jadi ada orang yang tipe people pleasure, tipe yang takut dan kemudian enggak berani mengutarakan pendapat. Itu biasanya rentan mengalami stres karena dia enggak bisa mengatur kapasitas dengan tugas-tugas yang diberikan,” jelasnya.

Ia pun menyarankan agar dapat belajar melakukan jeda atau relaksasi dan meditasi supaya bisa mendengarkan alarm atau pesan-pesan yang diberikan kepada tubuh. Contohnya jika sudah pegal-pegal maka dapat istirahat makan siang atau dengan mendengarkan musik kesukaan. 

Ia juga menyarankan bila seseorang tidak ada kapasitas untuk mendengarkan curahan hati rekan maka perlu juga memikirkan untuk tidak memaksakan diri untuk mendengarnya. Terlebih bila memang keadaan mental sedang tidak stabil.

“Jadi jangan hanya stres kerja saja yang difokuskan tapi juga bagaimana seseorang itu bisa menjaga boundaries,” paparnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus