Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Sekarang Singapura Menolaknya

Visa wartawan radio Australia W. Beutlar ditolak di Singapura, juga di Indonesia, karena dianggap pemberitaan mengenai Indonesia dianggap tidak benar.

18 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WARWICK Beutler, wartawan Australian Broadcasting Commission (ABC), menjadi berita lagi. Kasusnya pernah mendapat pemberitaan luas setelah Jakarta menolak perpanjangan visanya Juni lalu. Dari Jakarta Beutler terbang ke Singapura dengan visa kunjungan sosial. Dan dari Cathay Building, ia ternyata masih mengirimkan berita tentang Indonesia ke redaksi ABC di Sydney dan Melbourne. Tapi iklim Singapura belum membantu Beutler. Sebab permohonannya untuk bekerja di Singapura -- setelah ia berada di sana tiga bulan -- akhirnya ditolak Jawatan Imigrasi Singapura pekan lalu. Alasan penolakan itu tidak disebutkan. Juni lalu, ia tidak bisa memperpanjang visanya di Indonesia karena pemerintah Jakarta menganggap pemberitaan Radio Australia (RA) -- siaran luar negeri ABC -- selama ini sering tidak benar mengenai Indonesia. Di Australia, harian Sydney Morning Herald, oplah 270 ribu, cepat mengecam kebijaksanaan pemerintah Singapura tadi. Suatu tajuk rencananya menuduh Singapura telah dibayangi ancaman Indonesia bila membiarkan Beutler lama tinggal di sana. Tindakan sepihak itu, tulis koran Sydney itu, akan merusak hubungan baik Singapura dengan Australia. Kalangan parlemen di Canberra rupanya juga tidak tinggal diam. Maka V.K. Rajan, Komisaris Tinggi (setingkat duta besar) Singapura di Australia menjelaskan "Jawatan Imigrasi Singapura dalam keputusannya -- menolak atau menerima permohonan bekerja seseorang -- tidak akan memberikan alasan apa pun. Peraturan imigrasi kami tidak berbeda dengan Australia. Setiap orang asing yang akan bekerja, tidak terkecuali dari Australia, harus mengajukan permohonan terlebih dulu." Klub Koresponden Asing di Singapura rupanya cemas atas kasus Beutler ini. Richard Gill, Ketuanya, melayang kan surat protes kepada Menteri Luar Negeri Singapura S. Dhanabalan. "Kami sangat prihatin, hanya karena pengaruh pemerintah negara asing, Singapura melakukan tindakan bertentangan dengan asas profesionalisme pers," tulisnya. "Tindakan itu jelas bertentangan dengan pernyataan PM Lee Kuan Yew yang ingin menjadikan Singapura sebagai pusat informasi dan pengetahuan dunia." Klub wartawan asing itu pendeknya khawatir bahwa izin bekerja di Singapura dipersulit, terutama terhadap wartawan yang pernah ditolak di negara ASEAN lainnya. Mereka jelas tidak menginginkan rasa solidaritas ASEAN dibawa masuk ke dalam urusan profesi kewartawanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus