Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Peranan Humas Dalam Perang

Sikap terbuka Irak terhadap wartawan asing/fasilitas-fasilitas yang diberikan Irak terhadap wartawan asing memberi keuntungan bagi irak, versi irak selalu tersiar luas dan cepat. (md)

18 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEHERAN, Kermanshah, Qasr-e-Shirin dan terakhir Khorramshahr-semua kota perbatasan Iran itu diberitakan jatuh ke tangan Irak dengan cepat. Tapi seringkali pemberitaan media massa Barat mendahului kehebatan gerak maju pasukan lapis baja dan artileri Irak -- suatu pertanda betapa pentingnya peranan Humas (Public Relations). Sebelum melakukan serangan pendadakan 22 September, Irak tampaknya sudah merencanakan bukan saja pertempuran di gurun pasir, tapi juga bagaimana merebut publisitas. Antara lain ia membuka pintu lebar bagi wartawan asing untuk meliput peperangan di garis depan. Ternyata lebih 1.000 wartawan dari AS, Eropa dan Asia membanjiri Baghdad. Pemerintah Irak menyediakan akomodasi cuma-cuma buat mereka seperti di Hotel Al Mansour Melia, Baghdad. Di situ mereka bisa menggunakan tujuh sambungan teleks dan lima sambungan telepon internasional sepuasnya, sekalipun harus antre. Sukar Ditampung Sikap terbuka Baghdad sekali ini agak mengagumkan. Dengan kendaraan militer (APC) para wartawan asing tadi sering diajak meninjau garis depan ke Mehran, misalnya, ketika pasukan Irak baru saja memasukinya. Namun pertempuran terjadi sepanjang garis 300 km, sedang banyak wartawan yang tidak sempat terjun ke lini depan mengutip begitu saja komunike resmi pemerintah Irak. Akibatnya sering terjadi kesimpang-siuran pemberitaan: kota yang masih sepenuhnya dikuasai Iran, disebut berhasil direbut Irak. Khorramshahr, kota pelabuhan utama Iran di jalan air Shatt-al-Arab, misalnya, dua kali dalam dua minggu diberitakan jatuh ke tangan Irak. Terakhir ini sebagai memperkuat pernyataan itu, seorang komandan pasukan lapis baja Irak (6 Oktober) mengundang dua wartawan AS untuk meninjaunya. Tapi mendadak undangan tadi dibatalkan-karena ternyata pasukan lapis baja Irak masih berada di luar kota Khorramshahr. Sehari kemudian wartawan radio BBC Christopher Morris memberitakan bahwa Khorramshahr sepenuhnya berada di bawah kontrol pasukan Irak. Di bawah lindungan kegelapan malam dan tembakan artileri, kata Morris yang terjun ke sana, pasukan Irak memasuki kota, dan menguasai kawasan pelabuhan. Ternyata perlawanan pasukan Iran, terutama Pasdaran (Pengawal Revolusi) masih berlangsung dli kota itu akhir pekan lalu. Kamis pagi 9 Oktober para wartawan terkejut. Mereka diharuskan meninggalkan Baghdad. Sumber diplomat Barat menceritakan kepada wartawan Belanda bahwa pemerintah Irak agak kecewa dengan laporan wattawan asing. Misalnya ada yang melaporkan Bahdad dibom Iran dan ribuan orang siap-siap mengungsi. Ada lagi yang memberitakan Partai Baath yang berkuasa menghadapi perpecahan. Tentu saja berita semacam itu kurang berkenan di hati tuan rumah. Sekalipun demikian, Baghdad masih menganggap penting kehadiran kantor berita internasional - seperri Associated Press dan United Press International (keduanya dari AS), Agence France Presse (Prancis), dan Reuter (Inggris). Bahkan jaringan televisi Barat masih diperbolehkannya menempatkan regu masing-masing, demi memenangkan publisitas dunia. Demikian banyak kemenangan Irak dalam pemberitaan media massa Barat, hingga Presiden Iran Abolhassan Bani Sadr gusar dan letih membantahnya. "Iran harus menunjukkan bahwa semua propaganda (Irak) itu dusta," katanya. Bani-Sadr tampaknya terutama khawatir bahwa pemberitaan yang banyak menyebut kekalahan Iran tadi akan melemahkan moral tentara dan rakyat Iran. Apalagi versi Irak yang banyak tersiar itu akan bisa merugikan posisi Iran di mata dunia. Sambil memperbaiki citra Iran, pemerintahannya kemudian membuka pintu lebar bagi wartawan asing, namun artawan AS dan Inggris tetap tidak diperkenankannya masuk. Perubahan sikap pemerintahan Bani Sadr itu mendapat reaksi sinis dari kelompok pers Partai Republik Islam. "Setiap usaha merangkul kebebasan Barat akan berarti melakukan persekutuan dengan kekuatan imperialis," sindir suatu koran. Betapa pun Teheran sudah menyatakan terbuka, wartawan asing tetap menemui kesulitan. Hampir semua penerbangan ke Teheran dari negara Teluk Persia dan Timur Tengah telah dibatalkan. Hanya Karachi dan Moskow yang masih membuka rute penerbangan ke sana. Akibatnya banyak wartawan asing harus menempuh jalan darat dari Turki untuk mencapai Iran. Perjalanan lewat Tabriz (Iran) ini mengandung risiko besar, sebab hampir setiap saat pesawat Irak menggempur kawasan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus