MESIN ketik di ruang redaksinya berbunyi hingga larut malam.
Wartawannya tampak semakin sibuk mengejar deadline. Dan di
lantai bawah, mesin cetak offsetnya yang baru itu menderu lewat
tengah malam menjelang subuh. Demikian suasananya sejak
Singgalang yang sudah lama dikenal namanya menjadi harian.
Berkantor di Jalan Veteran 17, Padang, Sumatera Barat,
Singgalang semula terbit setiap Rabu dan Sabtu. Mulai 18
Desember ia terbit tiap hari. Muncul 8 halaman, koran itu masih
sepi iklan. Sebagian besar peredarannya di Sumatera Barat, namun
kini Singgalang juga ingin menyaikan berita nasional dan
internasional, bukan berita daerah Minang melulu. "Kami memang
tidak ingin terpaku dengan berita daerah saja," kata Nasrul
Siddik, Pemimpin Redaksinya "Kami siap berkompetisi dengan koran
Jakarta."
Singgalang memperoleh banyak bahan berita dari pelayanan telex
Antara. Suatu peristiwa nasional yang terjadi di Jakarta,
misalnya, bisa diberitakannya pada hari yang sama dengan koran
Jakarta. Untuk pasaran Sumatera Barat Singgalang jelas menang
beberapa jam ketimbang koran Jakarta, yang tiba di Padang
menjelang tengah hari. Namun kemampuannya bersaing dengan koran
Jakarta masih belum meyakinkan.
Tatamuka dan penempatan fotonya belum rapi. Penampilannya
mendekati koran populer Jakarta, Pos Kota yang menyenangi
banyak berita bersambung ke halaman dalam dengan menonjolkan
ukuran foto dan judul berita.
Singgalang terbit pertama kali tahun 1968 sebagai mingguan. Pada
beberapa rubrik dan komik ia menggunakan bahasa Minang, hingga
layak jadi koran kampuang. Ketika ia meningkatkan penerbitannya
dengan 2 kali seminggu, sirkulasinya pernah turun dari 11 ribu
ke 10 ribu eksemplar. Sebagai harian, yang juga muncul pada hari
Minggu, oplahnya naik lagi menjadi 12 ribu.
Sesungguhnya ia mencoba mengejar dua koran harian lainnya di
Padang, yaitu Haluan dan Semangat. Bagi ketiganya, pasaran lokal
masih luas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini