Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -- Sulit berdamai dengan kehidupan seringkali terjadi pada kondisi psikologis seseorang. Mereka seakan banyak menemui masalah dalam kehidupannya yang juga terjadi karena faktor lingkungan dan orang-orang terdekat. Lalu, di manakah harapan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari Psychology Today tiga hari lalu, harapan merupakan keterampilan yang bisa dikembangkan. Meski begitu, terdapat depresi dan penyakit mental lainnya yang dapat merusak sebuah harapan. Strategi seperti melepaskan ekspektasi yang kaku dan menerima kegembiraan kecil dapat membantu seseorang membangun harapan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Depresi, kecemasan, dan tantangan kesehatan mental lainnya dapat membutakan seseorang untuk sementara waktu terhadap adanya harapan. Seperti cermin rumah yang menyenangkan, depresi, dan kecemasan mendistorsi pandangan seseorang tentang masa depan. Tidak mengherankan jika seseorang yang mengalami depresi menilai suasana hati mereka lebih buruk daripada yang seharusnya. Selain itu, harapan juga ditemukan berkorelasi positif dengan kualitas hidup pada individu yang hidup dengan penyakit mental serius.
Perlu adanya pandangan masa depan
Sebuah harapan tidak harus dikaitkan dengan hal-hal yang muluk. Anda bisa memiliki harapan hanya untuk hari ini. Misalnya, berharap untuk berdiri di luar rumah dan menikmati matahari atau sebuah harapan untuk menahan diri dari perilaku yang membuat ketagihan.
Selain itu, Anda juga bisa memiliki harapan bahwa esok hari akan merasakan harapan yang lebih besar dibandingkan masa lalu. Menjaga fleksibilitas dalam harapan membuat hal menjadi lebih realistis mengingat harapan seseorang bisa berubah dari hari ke hari.
Namun, pandangan terhadap masa depan harus berhadapan dengan tantangan kesehatan mental yang membebani harapan seseorang. Secara tidak langsung, seseorang perlu menjangkau orang lain yang suportif pada saat-saat seperti ini merupakan sebuah kunci.
Teman, keluarga, dan dokter kesehatan mental dapat membantu Anda mendapatkan kembali perspektif, seperti memperhatikan hal-hal kecil yang positif, misalnya suara burung atau senyuman orang asing juga merupakan cara untuk masa pemulihan kondisi psikologis Anda.
Beralih ke arah yang positif
Sebuah keputusasaan bisa datang dengan berbagai pikiran dan emosi yang tidak menyenangkan. Anda mungkin mengalami ketakutan, penolakan, dan kekecewaan. Kita mungkin menjadi kecil hati menghadapi masa depan atau menderita karena kesalahan di masa lalu. Anda bahkan mungkin merasakan kekacauan atau kekosongan batin.
Meskipun Anda mungkin tergoda untuk menghindari pikiran negatif, sebenarnya ada baiknya kita mengalihkan perhatian kita ke pikiran tersebut, jika dilakukan dengan cara yang benar. Beberapa orang menganggap penjurnalan sangat membantu dalam hal ini. Menuangkan isi hati pada selembar kertas dapat meredakan stres akut dan mendatangkan rasa lega.
Perlu adanya kondisi tubuh yang sehat
Sebuah harapan tentu berkaitan dengan kesehatan tubuh. Harapan juga dapat secara mandiri mendukung hasil kesehatan yang lebih baik. Selain itu, membangun rasa harapan juga merupakan bagian penting dari konseling dalam perawatan paliatif. Seseorang mungkin tidak memiliki harapan untuk hidup 30 tahun lagi, tetapi mereka dapat berharap untuk hal-hal lain seperti melakukan percakapan yang bermakna atau sekadar menikmati matahari terbenam.
Semua orang membutuhkan harapan. Seseorang perlu bersandar pada nilai-nilai yang telah dipegang, melepaskan harapan-harapan yang kaku, menerima ketidakpastian, dan memperhatikan cara-cara di mana pikiran kita dapat mempermainkan kondisi psikologis merupakan cara-cara untuk memupuknya. Harapan menjadi keterampilan yang dapat dibangun oleh siapapun.
Jika Anda merasa putus asa atapun ketiadaan harapan, Anda tidak sendirian. Banyak yang merasakan hal ini dan berhasil melewatinya. Mungkin Anda pernah merasakan hal ini di masa lalu dan berhasil melewatinya. Maka, Anda hanya perlu diberikan dukungan dan bantuan dari orang-orang terdekat atau psikolog profesional.
Pilihan editor: Hindari Ekspektasi Tinggi di Kencan Pertama, Cek Alasannya