Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyambangi Festival Pulo Dua 2019 di Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah pada Jumat, 26 Juli 2019. Dalam kesempatan tersebut, Menteri Susi berpesan untuk menjaga hak atas tanah di Pulo Dua.
"Jaga tanah-tanah di Pulo Dua ini menjadi milik orang-orang Pulo Dua. Jangan sampai terjual ke asing karena Pulo Dua ini juga pulau terluar yang penting untuk pertahanan negara kita," kata Susi dalam keterangan tertulis, Sabtu, 27 Juli 2019.
Menurut Susi, Indonesia beruntung punya 17.504 pulau dan menjadi sebuah negara kepulauan yang punya panjang pantai 97.000 kilometer.
Dengan perjuangan Ir. H. Juanda, kata Susi, laut Indonesia pun menjadi 200 nautical miles dari bibir pantai. Artinya, leluhur dan pendahulu Indonesia sudah mewariskan kekayaan berupa panjang pantai, luas zona ekonomi eksklusif, hingga pulau-pulau yang begitu banyak dalam sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia. "Nah, pemerintah pusat dan daerah bersinergi, bekerja sama membangun dan menjaga," kata Susi.
Tak hanya menjaga dari asing, Susi juga meminta masyarakat menjaga Pulo Dua ini dengan tidak menangkap atau mengambil sumber daya ikan dengan cara-cara yang tidak benar. Menurut Susi, birunya laut tak akan berguna jika tidak ada ikan dan terumbu karang yang hidup di dalamnya. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat untuk meninggalkan cara-cara penangkapan ikan yang merusak.
Saat ini, kata Susi, pencuri asing sudah jauh berkurang berkat kebijakan penangkapan dan penenggelaman kapal. Tetapi, ia menyayangkan, di lingkungan masyarakat sendiri masih banyak nelayan yang mencari nafkah menangkap ikan hidup dengan cara-cara merusak dengan menggunakan portas, bius, dan dinamit. Ia menyamakan tindakan ini sebagai merampok hak generasi yang akan datang.
"Jika ada nelayan-nelayan penangkap ikan sunu dan napoleon, pastikan mereka dapat dengan cara memancing. Bukan tidak boleh nangkap ikan sunu dan napoleon, tapi jangan bohong-bohong. (Mengaku) bawa pancing tapi ternyata bawa portas," tutur Susi.
Susi mengaku mengetahui modus yang sering dilakukan nelayan, yaitu dengan memasukkan portas ke lubang-lubang, dan ketika ikannya mulai terkena efek bius serta muncul ke permukaan, mereka dapat menangkap dengan mudah. Meskipun tak terlihat jelas seperti ketika memakai bom, Susi menilai keduanya sama bahayanya. "Kalau pakai bom masih kelihatan ada letusan dinamit. Tapi yang pakai portas itu silent killer. Dan mereka bisa saja tetangga kita sendiri."
Jika menemukan nelayan tidak bertanggung jawab seperti ini, Menteri Susi meminta masyarakat melapor kepada Polair, Danlanal, maupun Pangkalan PSDKP. "Laut adalah milik kita bangsa Indonesia bukan bangsa luar. Tapi bukan milik orang-orang rakus yang merusak lingkungan kita. Kalau perlu tidak usah tertarik dalam bisnis ikan hidup di sini. Ikan hias juga jangan diambil dengan portas apalagi terumbu karangnya, tidak boleh. Ibu tangkap kalau ada yang ngambil terumbu karang," kata Susi Pudjiastuti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
CAESAR AKBAR
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini