Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Terus Meningkat

4 Januari 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Alat untuk melihat berapa besar nilai investasi pada reksadana biasa disebut nilai aktiva bersih (NAB). Manajer investasi mengumumkan kenaikan atau penurunan NAB secara harian, sehingga investor bisa mengetahui berapa besar kenaikan atau penurunan investasinya. Berikut ini simulasi sederhana yang dilakukan oleh PT MeesPierson Finas Investment Management untuk membedakan cara penghitungan NAB yang menggunakan metode marked to market dan yang tidak menggunakannya. Misalnya dua investor memutuskan berinvestasi pada sebuah reksadana baru masing-masing senilai Rp 1.000. Dengan demikian, isi reksadana itu adalah uang tunai sebesar Rp 2.000 dan nilai aktiva bersih (NAB) sebesar Rp 1.000 per unit. Dana itu kemudian oleh manajer investasi reksadana digunakan untuk membeli 2 obligasi pemerintah dengan harga Rp 1.000 yang memiliki bunga tetap 12 persen per tahun. Ternyata, hari berikutnya harga obligasi turun menjadi Rp 900. Berikut ini simulasi penghitungan nilai aktiva bersih setelah harga obligasi turun: Dengan metode marked to market: Manajer investasi akan menilai obligasi berdasarkan harga pasar (Rp 900 per unit). Akibatnya, total nilai aktiva bersih turun menjadi Rp 1.800, sedangkan nilai aktiva bersih per unit turun menjadi Rp 900. Grafik nilai aktiva bersih dari metode tersebut naik-turun mengikuti harga obligasi. Jika salah satu investor berniat mengambil uangnya dari reksadana, manajer investasi akan menjual obligasinya ke pasar dengan harga Rp 900. Uang itu yang kemudian digunakan untuk membayar kepada investor. Dengan demikian, nilai aktiva bersih per unit dari reksadana itu tinggal Rp 900. Metode ini memberikan perlakuan yang sama terhadap investor. Metode non-marked to market: Manajer investasi akan menyesuaikan nilai aktiva bersih dengan metode accrual, maksudnya memperhitungkan besarnya bunga obligasi tersebut sebesar 12 persen per tahun atau 0,33 persen per hari. Dengan demikian, nilai aktiva bersih reksadana akan menjadi Rp 2.000,67, sedangkan per unitnya menjadi Rp 1.000,33. Grafik nilai aktiva bersih dari metode ini cenderung lurus dan meningkat. Jika salah satu investor meminta uangnya kembali, manajer investasi akan menjual obligasinya. Padahal, di pasar, harga obligasi sudah turun menjadi Rp 900, sehingga tidak mencukupi untuk membayar kepada investor sebesar Rp 1.000,33. Untuk itu, manajer investasi kemudian akan menjual dua obligasi sekaligus seharga Rp 1.800. Dari jumlah itu, dibayarkan kepada investor Rp 1.000,33 sehingga tinggal tersisa Rp 799,67 untuk investor lain yang masih memegang reksadana. Metode ini diskriminatif karena investor yang pertama kali keluar (meminta uang) tidak mengalami kerugian sama sekali, sedangkan investor yang masih tinggal mengalami kerugian investasi karena nilai aktiva bersihnya turun 20 persen. TGH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus