Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Trending Bisnis: Milenial Investasi Saham hingga Soal Bantuan Gaji

Berita trending bisnis kemarin mulai dari milenial dengan tabungan Rp 5 juta bisa investasi saham hingga soal bantuan gaji.

7 Agustus 2020 | 06.10 WIB

Ilustrasi saham atau IHSG. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Ilustrasi saham atau IHSG. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Berita trending ekonomi dan bisnis sepanjang Kamis, 6 Agustus 2020, dimulai dari kelompok milenial yang memiliki tabungan yang tidak digunakan sekitar Rp 5 juta bisa berinvestasi di saham hingga pemerintah bakal menambah program dan durasi penerimaan bansos selain bantuan gaji..

Selain itu ada juga soal total penabung saham di capital market baru sekitar 3 juta orang atawa kurang dari 1 persen, Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan soal bantuan gaji tambahan kepada pekerja hingga Pemerintah masih berupaya merealisasikan wacana penghapusan tes kesehatan dari daftar persyaratan terbang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Keenam topik tersebut paling banyak menyedot perhatian pembaca di kanal Bisnis. Berikut selengkapnya lima berita bisnis yang trending tersebut:

1. Milenial Punya Tabungan Rp 5 Juta Sebaiknya Diinvestasikan ke Saham Apa?

Kelompok milenial yang memiliki tabungan atau uang dingin yang tak digunakan sekitar Rp 5 juta sudah bisa mulai berinvestasi di pasar saham. Komisaris PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir menyarankan modal ini dibenamkan lebih dulu ke saham perusahaan-perusahaan besar atau blue chip yang portofolionya sudah moncer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Menurut saya, beli saja saham blue chip dari perusahaan yang sering Anda pakai. Misalnya kalau telepon pakai provider apa, Telkomsel atau XL atau lainnya saya tidak bisa sebut, ya tanamkan di sana," kata Pandu dalam diskusi virtual dengan IDN Times, Kamis, 6 Agustus 2020.

Selain perusahaan telekomunikasi, milenial bisa melakukan investasi dengan menempatkan dananya di perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang kuliner atau transportasi. Bisa juga, tutur dia, di perusahaan yang memproduksi emas.

Namun, kata Pandu, milenial harus lebih dulu melihat laporan keuangan perusahaan sebelum menanam modal. "Dilihat, kalau ada pandemi bisa bertahan atau tidak," ujarnya.

Baca berita selengkapnya di sini.

2. Komisaris BEI: Lebih Banyak Orang Punya HP daripada Saham

Komisaris PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir mengungkapkan jumlah masyarakat di Indonesia yang menginvestasikan dananya di pasar saham masih sangat kecil. Saat ini, total penabung saham di capital market baru sekitar 3 juta orang atawa kurang dari 1 persen.

"Lebih banyak orang Indonesia punya HP daripada beli saham," tutur Pandu dalam diskusi virtual bersama IDN Times, Kamis, 6 Agustus 2020.

Pandu mengungkapkan, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah nasabah di Amerika Serikat yang menginvestasikan dananya di pasar modal. Di Negara Abang Sam itu, satu dari empat orang sudah mengantongi tabungan saham.

Padahal, menurut dia, idealnya di Indonesia dengan jumlah penduduk yang mencapai 267 juta jiwa, angka penabung saham sudah mencapai 10 persen. Pandu tidak menjelaskan rincian alasan rendahnya jumlah masyarakat yang membenamkan duitnya di pasar saham.

Baca berita selengkapnya di sini.

3. Erick Thohir: Gaji Tambahan untuk Pekerja Rp 600 Ribu per Bulan Cair September

Menteri BUMN, sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Erick Thohir menjelaskan soal bantuan gaji tambahan kepada pekerja dengan pendapatan tertentu dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT).

"Program stimulus ini sedang difinalisasi agar bisa dijalankan oleh Kementerian Ketenagakerjaan di bulan September 2020 ini," kata Erick Thohir melalui keterangan tertulis, Kamis, 9 Agustus 2020.

Adapun pemerintah akan menyiapkan bantuan tersebut senilai Rp 31,2 triliun untuk disebarkan kepada sekitar 13 juta pekerja berpenghasilan di bawah Rp 5 juta. Nilai bantuan yang akan diberikan sebesar Rp 600 ribu per bulan selama masa 4 bulan.

Erick menjelaskan skema pemberian BLT itu ditujukan bagi pekerja non PNS dan BUMN yang aktif terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan dengan iuran di bawah Rp 150 ribu per bulan atau setara gaji di bawah Rp 5 juta per bulan.

Baca berita selengkapnya di sini.

4. Pemerintah Siapkan Skenario Pengganti Tes Covid Penerbangan

Pemerintah masih berupaya merealisasikan wacana penghapusan tes kesehatan dari daftar persyaratan terbang. Langkah itu sebelumnya turut dibahas sejumlah kementerian dan lembaga sebagai salah satu opsi stimulus untuk memangkas beban perusahaan penerbangan.

Juru Bicara dan Ketua Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, membenarkan lembaganya turut memberi masukan dalam pembahasan tersebut. Namun, belum ada keputusan yang diambil terkait rencana pelonggaran syarat dokumen hasil rapid dan hasil polymerase chain reaction (PCR) alias swab tersebut.

“Seharusnya ada kebijakan pengganti jika syarat itu ditiadakan,” ujarnya kepada Tempo, Rabu 5 Agustus 2020.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Novie Riyanto, mengatakan pelonggaran syarat tes tergantung keputusan Satgas Covid-19 dan Kementerian Kesehatan. Namun, meski menolak merincikan, dia mengaku sudah menyiapkan skenario pengganti untuk memastikan standar kebersihan dan keamanan penerbangan tetap ketat.

Baca berita selengkapnya di sini

5. Selain Subsidi Gaji, Pemerintah Siapkan Bantuan Ini

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengatakan pemerintah sedang mengkaji untuk memberi subsidi gaji kepada 13 juta pekerja, dengan anggaran diperkirakan sebesar Rp 31,2 triliun. Pekerja yang disasar adalah yang bergaji di bawah Rp 5 juta, dan mengalami pengurangan pendapatan akibat pandemi virus Corona (Covid-19).

Selain bantuan gaji bagi pekerja ini,  menurut Sri Mulyani, pemerintah juga menambah program dan durasi penerimaan bantuan sosial (bansos). Hal itu dilakukan seiring belum pulihnya perekonomian dan meningkatnya ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.

Ani, sapaan akrabnya, mengatakan penambahan program dan periode pemberian bansos juga bertujuan mendorong konsumsi masyarakat. Sebab, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi sangat dalam pada kuartal II/2020, yaitu minus 5,5 persen. Adapun, pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 anjlok hingga minus 5,3 persen. 

Beberapa program jaring pengaman sosial yang bakal dieksekusi pemerintah dalam waktu dekat, antara lain tambahan bansos untuk penerima Program Keluarga Harapan (PKH) berupa beras 5kg dengan anggaran sebesar Rp 4,6 triliun yang akan diberikan untuk 10 juta masyrakat. "Pemerintah juga menyiapkan bantuan tunai sebesar Rp500 ribu untuk 10 juta penerima. Anggarannya sekitar Rp5 triliun dan akan dibayarkan Agustus," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) secara virtual, Rabu 5 Agustus 2020 kemarin.

Baca berita selengkapnya di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus