Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tukar Guling dengan Baron Eropa

Bakrie menggandeng Nathaniel Rothschild, keturunan pendiri NM Rothschild & Sons. Buat mencari pinjaman baru dan memulihkan kepercayaan.

22 November 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INISIATIF itu datang dari Nathaniel Philip Victor James Rothschild. Pada Selasa pekan lalu, satu setengah jam setelah rencana korporasinya resmi disampaikan ke lantai bursa efek London, generasi kedelapan keluarga Rothschild ini langsung menggelar telekonferensi untuk para juru warta di tiga kota sekaligus: Jakarta, Hong Kong, dan New York. Dari ibu kota Inggris itu, Nathaniel melansir kabar bahwa Vallar Plc., perusahaan investasi yang baru didirikannya empat bulan lalu, berikhtiar mencaplok 25 persen saham PT Bumi Resources Tbk. dan 75 persen saham Berau Coal Energy Tbk.

Pagi itu Indra Usmansyah Bakrie, adik Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie, ikut menemani Nathaniel di London. Adapun Rosan Perkasa Roeslani, Direktur Utama PT Recapital Advisors, mendampingi juru warta di Jakarta, yang selisih waktunya tujuh jam lebih cepat. Recapital Building, yang terletak di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, menjadi tempat berkumpul wartawan untuk mendengarkan paparan Nathaniel. Recapital adalah pemegang saham mayoritas Berau Coal Energy.

Menurut Nathaniel, total transaksi ini ditaksir US$ 3 miliar atau sekitar Rp 27 triliun. Perinciannya, 75 persen saham Berau Coal Energy milik PT Bukit Mutiara, unit usaha Recapital, akan dibeli oleh Vallar US$ 1,584 miliar (sekitar Rp 14,2 triliun), atau Rp 540 per lembar saham. Sedangkan Recapital menerima tunai US$ 739 juta, yang setara dengan 35 persen saham Berau yang dilepas. Sedangkan 40 persen sisanya akan ditutup melalui reverse takeover atau tukar guling saham. Melalui skema ini, Vallar akan menyerahkan 52,3 juta saham baru kepada Bukit Mutiara, yang nilainya setara dengan kepemilikan saham di Vallar sekitar 24,9 persen, atau 10 pound sterling per lembar saham Vallar.

Nah, untuk membayar 25 persen saham Bumi ini, Vallar akan menyerahkan 90,1 persen saham baru miliknya—terdiri atas 62,7 juta saham biasa dan 27,4 juta saham biasa tanpa hak voting—kepada Grup Bakrie. Dengan transaksi ini, Bakrie & Brothers kelak menjadi pemegang saham mayoritas di Vallar, sebanyak 43 persen.

Tidak cuma itu. Sebagai pengendali mayoritas di Vallar, Grup Bakrie berhak mengisi tiga posisi direktur di perusahaan itu. Mulai Kamis pekan lalu, Indra Bakrie sudah duduk sebagai Chairman Vallar. Kenapa Indra yang dipilih? ”Karena Nirwan Bakrie dari dulu ingin selalu berada di belakang layar,” kata seseorang yang dekat dengan keluarga Bakrie. Padahal, sehari-hari, Nirwanlah yang mengendalikan seluruh bisnis keluarga Bakrie.

Adapun posisi co-chairman diisi Nathaniel. Di dewan direksi senior itu, Rosan, mewakili Recapital, ditunjuk sebagai non-executive director. Sedangkan Ari Hudaya, Direktur Utama Bumi, dan Andrew Beckham, Direktur Keuangan Bumi, dipilih buat mengisi posisi Direktur Utama dan Direktur Keuangan Vallar.

Kelak nama Vallar akan berganti nama menjadi Bumi Plc. Transaksi ini mesti rampung pada 18 April tahun depan. Itu sebabnya, Bakrie & Brothers akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa buat memperoleh lampu hijau dari pemegang saham independen, yang akan dihela pada pertengahan Januari nanti. Bila transaksi buyar, induk usaha Bakrie ini bersedia membayar denda US$ 150 juta, yang US$ 100 juta di antaranya harus disetor ke rekening penampungan yang dikelola JP Morgan Chase.

Nathaniel yakin, kolaborasi ini akan menjadikan Bumi dan Berau sebagai pemasok batu bara terbesar ke Cina. Nat, begitu pria berusia 39 tahun ini biasa disapa, berencana melipatgandakan produksi batu bara Bumi dan Berau dalam tiga tahun ke depan menjadi 140 juta ton.

Menurut Rosan, kolaborasi ini bermula dari perkenalan antara Nirwan, Ari Hudaya, dan Nat—putra bungsu Lord Jacob Rothschild, bekas bankir investasi ternama di Inggris—sekitar dua bulan lalu. Adalah Ian Hannam, Chairman JP Morgan Cazenove, yang memperkenalkan mereka. Sejak itulah transaksi ini disiapkan. Kebetulan pada saat Vallar mencatatkan saham perdananya di bursa London pada Juli lalu, JP Morgan bertindak selaku penjamin emisi efek.

Setelah pertemuan itu, Nirwan dan Ari Hudaya memperkenalkan Nat kepada Rosan, sekaligus menawarkan transaksi tadi. ”Mereka mengajak Berau ikut serta,” ujarnya. Menurut Rosan, dia tertarik terlibat dalam transaksi ini karena melalui skema ini Recapital jadi lebih dekat ke pasar internasional. ”Akses mencari sumber dana murah menjadi lebih mudah,” ucapnya. Dari situlah serangkaian pertemuan—antara lain di Bangkok, Los Angeles, dan Singapura—digelar buat mendalami transaksi itu.

Namun tidak sedikit praktisi pasar modal yang menilai transaksi ini bukanlah sesuatu yang spektakuler. ”Transaksi ini tidak akan berdampak apa-apa,” kata seorang analis di perusahaan sekuritas asing. Menurut dia, apa yang dilakukan Bakrie tak beda dengan orang berusaha ganti baju lama dengan baju baru, sehingga mengesankan Bumi punya identitas baru. Tujuannya agar lebih mudah mencari pinjaman baru.

Sejak kasus lumpur Lapindo, repo saham Bumi, dan gagal bayar nasabah Bakrie Life meledak dalam tiga tahun belakangan ini, Grup Bakrie kesulitan mencari sumber dana. Bank lokal enggan mendanai proyek-proyek grup ini. Juga tidak ada pemasok yang mau bekerja sama dengan Grup Bakrie bila pembayaran tidak dilakukan di muka. ”Dengan reputasi sekarang, mereka susah cari duit ke mana-mana,” kata Adrian Rusmana, Direktur Sucorinvest Central Gani, kepada Agoeng Wijaya dari Tempo.

Alhasil, pilihan grup ini jadi terbatas. ”Padahal ambisinya sangat besar, tapi utangnya segudang,” kata seorang praktisi pasar modal lainnya. Menurut dia, saham di seluruh unit usaha Grup Bakrie juga tidak pernah jelas siapa pemilik sesungguhnya. Kelompok usaha ini juga selalu mengklaim punya aset di sana-sini, tapi laporan keuangannya tidak pernah klop dengan apa yang digembor-gemborkan. Itu sebabnya, dia menduga kerja sama dengan Rothschild ini salah satu cara buat memperbaiki citra Grup Bakrie. Apalagi Nat keturunan trah Rothschild, keluarga Jerman-Yahudi yang dikenal luas di jagat investasi keuangan. Keluarga ini salah satu baron terkemuka di Eropa, yang jaringan koneksinya luas.

Soal pencitraan ini diakui salah satu kerabat keluarga Bakrie lainnya. ”Bakrie sadar bahwa faktor kepercayaan terhadap mereka menurun,” katanya. Itu sebabnya kehadiran Nat dan Vallar diharapkan bisa menurunkan sentimen risiko terhadap Grup Bakrie. Apalagi Nat memang pemain lama di bidang investasi. Menurut Sunday Times, Nat tercatat di posisi ke-7 dalam daftar 25 manajer hedge funds, terkaya di Inggris. Kekayaannya ditaksir sekitar 650 juta pound sterling atau Rp 9,3 triliun.

Nat pernah menjadi Co-Chairman Atticus Capital sejak 1996, tapi perusahaan ini bubar tahun lalu setelah merugi US$ 5 miliar pada 2008. Ia kini tercatat sebagai Chairman JNR Limited, penasihat investasi yang berfokus di pasar negara berkembang dan sumber daya alam seperti pertambangan dan logam. Dia juga duduk di Dewan Penasihat Internasional United Company Rusal Plc., produsen aluminium terbesar di dunia.

Empat bulan lalu, Nat meraup dana US$ 1,07 miliar dari hasil pencatatan saham Vallar di bursa London. Tapi sejak itu sahamnya terus melorot. Artinya, investor menilai total asetnya lebih kecil daripada nilai buku. Saham Vallar sempat menyentuh 9,1 pound sterling per lembar pada akhir Oktober lalu, sebelum ditutup pada 9,25 pound sterling sewaktu perdagangannya dihentikan oleh otoritas bursa London pada Selasa pekan lalu. Per akhir September, perusahaan ini rugi 24 juta pound sterling.

Gerak-gerik Nat juga ditengarai tidak jauh berbeda seperti para manajer hedge fund lainnya. ”Kalau ada untung dan mencetak duit, ya kenapa tidak dijalankan?” kata analis tadi. Itu sebabnya, Nat mau melakukan kesepakatan membantu Grup Bakrie. Setidaknya, Nat bakal menangguk dividen dari penjualan batu bara Bumi dan Berau.

Meski begitu, nama Nat bukan jaminan. Dia belum bisa disandingkan dengan sosok David René de Rothschild, yang kini menjadi Chairman NM Rothschild & Sons, bank investasi yang didirikan keluarga Rothschild sejak 1811.

Yang pasti, duit yang bakal diterima Recapital dari Vallar akan digunakan untuk melunasi utang US$ 580 juta kepada Rizal Risjad, pemilik lama Berau, yang jatuh tempo pada akhir tahun ini. ”Ada sebagian yang belum dibayar saat kami membeli Berau,” kata Rosan. Recapital juga akan melunasi kewajiban ke Bumi, yang ketika itu mengulurkan pinjaman US$ 300 juta. Demi melunasi utang-utang inilah, menurut seorang sumber, Recapital ikut dalam transaksi yang ditawarkan Bakrie dan Vallar. Pada saat mencaplok Berau US$ 1,48 miliar, Recapital juga dibantu Credit Suisse senilai US$ 600 juta. Tapi utang ke Credit Suisse, kata Rosan, sudah dilunasi ketika Berau Coal Energy menerbitkan surat utang dua bulan lalu.

Menurut Rosan kesepakatan dengan Vallar ini bukan hal aneh. ”Tidak ada patgulipat di sini,” katanya. Indra Bakrie mengatakan aksi korporasi ini membawa aset tambang Bumi dan Berau ke kancah global, sekaligus menjadikan satu-satunya perusahaan Indonesia yang terdaftar di bursa saham London. ”Dampaknya bisa menggenjot profil kami,” katanya.

Rencana transaksi ini tampaknya sengaja ditutup rapat-rapat. Para karyawan PT Berau Coal, anak usaha Berau Coal Energy, baru mengetahui transaksi ini Selasa sore pekan lalu. ”Kami baru tahu dari pemberitaan media,” kata salah seorang eksekutif di Berau Coal. Semula, kata dia, Recapital memang akan melepas 35 persen saham Berau Coal Energy ke investor strategis demi melunasi utang-utangnya. Tapi nama Vallar tidak pernah disebut. ”Prosesnya ajaib dan cukup cepat,” kata seorang kolega keluarga Bakrie.

Yandhrie Arvian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus