Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jutaan warga Australia baru saja mendapat izin resmi untuk mengabaikan atasan mereka di luar jam kerja berkat undang-undang baru yang menjamin "hak mereka untuk tidak berhubungan”. Undang-undang tersebut tidak secara tegas melarang pengusaha menelepon atau mengirim pesan kepada pekerja mereka setelah jam kerja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tujuannya adalah untuk mengembalikan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan dan memastikan bahwa orang-orang tidak menghabiskan waktu lembur tanpa dibayar untuk memeriksa email dan menanggapi sesuatu di saat mereka tidak dibayar," kata Sen. Murray Watt, Menteri Ketenagakerjaan dan Hubungan Kerja Australia dikutip dari US National Public Radio.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Undang-undang tersebut melindungi karyawan yang "menolak memantau, membaca, atau menanggapi kontak atau upaya kontak di luar jam kerja mereka, kecuali penolakan mereka tidak masuk akal," demikian menurut pengadilan hubungan kerja Australia.
Itu termasuk upaya penjangkauan dari atasan mereka, serta orang lain "jika kontak atau percobaan kontak tersebut terkait dengan pekerjaan". Undang-undang tersebut, yang disahkan pada bulan Februari, mulai berlaku pada hari Senin, 2 September 2024 bagi sebagian besar pekerja dan akan berlaku untuk usaha kecil yang jumlah karyawannya kurang dari 15 orang mulai Agustus 2025.
Meksi demikian, Undang-undang menyatakan bahwa seseorang untuk menanggapi akan dianggap tidak masuk akal dalam kondisi tertentu, dengan mempertimbangkan senioritas karyawan, keadaan pribadi mereka (termasuk tanggung jawab pengasuhan), alasan kontak, dan seberapa besar gangguan yang ditimbulkannya.
Fair Work Commission (FWC) menyatakan bahwa pengusaha dan pekerja harus terlebih dahulu mencoba menyelesaikan perselisihan mereka sendiri, tetapi dapat mengajukan permohonan kepada FWC untuk "perintah penghentian" atau tindakan lain jika diskusi mereka tidak berhasil.
"Jika itu adalah situasi darurat, tentu saja orang akan mengharapkan karyawan untuk menanggapi sesuatu seperti itu," kata Watt.
"Namun jika itu adalah hal yang biasa saja, maka mereka harus menunggu hingga hari kerja berikutnya, sehingga orang-orang dapat benar-benar menikmati kehidupan pribadi mereka, menikmati waktu bersama keluarga dan teman-teman mereka, berolahraga atau apa pun yang ingin mereka lakukan setelah jam kerja tanpa merasa seperti dirantai di meja kerja pada saat mereka tidak benar-benar dibayar karena itu tidak adil," dia menambahkan. Bagaimana Indonesia?