Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan tekstil Duniatex Group tengah dirundung masalah keuangan. Salah satunya karena keterlambatan pembayaran bunga dan utang pokok kredit anak usahanya, PT Delta Dunia Sandang Tekstil (DDST), sebesar US$ 13,4 juta. Utang itu berasal dari sindikasi bank yang dipimpin HSBC dan BNP Paribas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Konsultan keuangan dari AJ Capital Advisory, Fransiscus Alip, menyebutkan salah satu anak usaha grup itu terbelit kesulitan keuangan karena pembayaran obligasi jatuh tempo. "Padahal persoalan keuangan yang dihadapi Duniatex Group lebih terkait soal kredit sindikasi dari anak usaha," ujar Alip.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Lebih jauh Alip juga memastikan soal obligasi PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT) senilai US$ 300 juta, dengan kupon pertama jatuh tempo September 2019 bakal dibayar. "Uang senilai US$ 12,9 juta sudah tersedia di rekening penampungan bunga (interest reserve account) dan akan dibayarkan sesuai tanggal yang ditetapkan," ujarnya.
Adapun keterlambatan pembayaran utang kredit sindikasi ini disebabkan adanya penurunan kinerja DDST. Turunnya kinerja perusahaan itu terimbas dari kondisi industri akibat efek tidak langsung dari perang dagang AS-Cina.
Didirikan pada 1974, saat ini Duniatex Group telah menjadi salah satu perusahaan tekstil besar di Indonesia dan memiliki 25 pabrik yang bergerak dari hulu hingga hilir dengan produk yang dihasilkan berupa pemintalan benang, knitting, kain mentah, kain jadi, hingga printing. Perusahaan ini beroperasi hampir di semua wilayah kabupaten Jawa Tengah serta banyak dari masyarakat yang menggantungkan terhadap kelangsungan dari perusahaan ini.
Saat ini, guna mengantisipasi kondisi pasar global dan menjaga tingkat profitabilitas, PT DDST telah melakukan sejumlah langkah efisiensi antara lain mengurangi kapasitas produksi, bahkan mengurangi waktu lembur karyawan. “Namun, kami pastikan kondisi yang dihadapi oleh PT DDST, tidak berkorelasi dengan obligasi PT DMDT," ujar Alip.
Alip pada kesempatan itu belum menyampaikan langkah restrukturisasi keuangan apa yang bakal ditempuh untuk menghadapi persoalan tersebut. Namun yang akan dilakukan segera mungkin adalah memeriksa kinerja 25 pabrik yang dimiliki perusahaan.
Langkah selanjutnya mengunjungi bank-bank pendukung Duniatex Group untuk menjelaskan duduk persoalannya. "Kasih saya waktu untuk mengumpulkan persoalan yang dihadapi. Nanti kita ketemu lagi semoga sudah ada hal lain yang dapat disampaikan tekait persoalan keuangan perusahaan," ujar Alip.
Manajer Humas Duniatex Group, Donalia S. Erlina menargetkan pada akhir Agustus atau awal September 2019 ini. Ia menyatakan sudah ada langkah-langkah yang konkrit dan terukur untuk menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga perusahaan nasional ini dapat terus berkembang.
Produk tekstil Duniatex telah masuk ke pasar domestik bahkan mancanegara. Sementara jumlah tenaga kerja yang terserap di Duniatex Group mencapai sekitar 45.000 karyawan. Puluhan ribu karyawan tersebut sebagian besar berasal dari daerah sekitar pabrik di Jawa Tengah.
ANTARA