Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Zulhas soal Volume Susu Impor untuk Makan Bergizi Gratis: Seperti Biasa Saja

Zulhas membeberkan pengadaan susu untuk keperluan program Makan Bergizi Gratis sebagian masih impor.

6 Januari 2025 | 20.23 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) usai menghadiri Rapat Koordinasi Transformasi Bulog di Kantor Bulog, Jakarta Selatan pada Jumat, 29 November 2024. TEMPO/Hanin Marwah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan alias Zulhas membeberkan pengadaan susu untuk keperluan program Makan Bergizi Gratis sebagian masih impor. “Susu ada impornya, seperti biasa saja,” ujarnya dalam jumpa pers di Graha Mandiri, Jakarta, Senin, 6 Januari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski begitu, ia menambahkan, susu tak setiap hari menjadi menu pilihan dalam program Makan Bergizi Gratis. Susu hanya akan dibagikan kepada anak sekolah dan ibu hamil dalam waktu-waktu tertentu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di luar susu, Zulhas memastikan menu makan bergizi bersumber dari produksi dalam negeri. “Kami enggak ada impor."

Selama ini, sekitar 80 persen pasokan susu Indonesia dipenuhi dari impor. Sebelumnya, Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi mengatakan penyebab tingginya impor susu lantaran produksi susu dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan susu domestik.

Mengutip data pemerintah, Budi Arie mengatakan konsumsi susu nasional pada 2022 dan 2023 masing-masing sebesar 4,4 juta ton dan 4.6 juta ton. Sedangkan data perdagangan eksisting menunjukkan konsumsi susu nasional pada 2022 dan 2023 sebesar 4,44 juta ton dan 3,7 juta ton.

“Produksi susu sapi nasional hanya sebesar 837.223 ton atau 20 persen, 80 persen sisanya impor,” kata Budi Arie dalam jumpa pers di Kantor Kementerian Koperasi (Kemenkop), Jakarta, Senin, 11 November 2024.

Saat ini jumlah koperasi produsen susu nasional mencapai 59 unit. Pada 2023, jumlah populasi sapi di koperasi produsen susu sebanyak 227.615 ekor. Mereka menghasilkan susu sebesar 470 ribu ton. Sedangkan peternakan sapi modern dengan 32.000 ekor sapi mampu menghasilkan susu sebanyak 164 ribu ton. “Total sebesar 571 ribu ton,” kata Budi Arie.

Budi Arie juga sempat menyoroti kualitas susu skim impor yang kualitasnya rendah. Menurut Budi Arie, kualitas susu skim secara di bawah susu sapi segar karena sudah melalui berbagai macam proses pemanasan.

Ketua Umum Projo itu mengatakan, impor susu skim mengakibatkan harga susu segar menjadi lebih murah. Susu segar saat ini dipatok seharga Rp 7.000. Idealnya, harga susu segar bisa mencapai Rp 9.000. “Para peternak sapi perah mengalami kerugian,” kata Budi Arie.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus