Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PULUHAN remaja berkumpul di taman di belakang restoran McDonald's Bintaro 9 Walk, Tangerang Selatan. Saat musik dari pengeras suara mulai menyentak, kelompok demi kelompok bergantian bergerak mengikuti lagu, di lapangan parkir itu.
Sepintas merekza seolah-olah akan menarikan gaya moonwalk khas Michael Jackson, namun gerakannya lebih dinamis, dan mereka tak berjalan mundur. Mereka berlari di tempat, sambil sesekali bergeser ke samping. Inilah shuffle, tari jalanan yang tengah digandrungi anak muda.
"Setiap Rabu dan Jumat malam kami kumpul dan latihan di sini," kata Ghausya Samara, 19 tahun, yang pada Rabu pekan lalu itu datang dengan kelompoknya, Astro 7. Bersama mereka ada juga kelompok shuffler—sebutan penggiat shuffle—Astro 7 Kids, Hardstyle Squad of Astro, dan Flowing Squad.
Dari lapangan parkir, mal, hingga lapangan di sekolah-sekolah, shuffle mewabah. Rekaman shuffler asal Indonesia juga membanjir di situs berbagi video YouTube.com. Pengunggahnya bertebaran dari Ibu Kota hingga ke kota-kota di Kalimantan. Kelompok shuffler bermunculan dan mempromosikan diri di situs jejaring sosial Facebook dan Twitter. Beberapa bahkan jadi kelompok profesional yang diminta mengisi acara dengan bayaran hingga jutaan rupiah.
Shuffle atau acap kali disebut rocking pertama kali muncul di Melbourne, Australia, pada akhir 1980-an. Kala itu shuffle jadi gaya ajojing baru di pesta-pesta bawah tanah yang diiringi musik aliran rave.
Tari "kocok kaki" sempat mati suri, lalu terangkat lagi setelah film dokumenter Melbourne Shuffler dirilis pada 2005. Film ini merekam unjuk kebolehan para shuffler di berbagai klub malam dan acara di Melbourne.
Turis dan pelajar asal Indonesia membawa pulang shuffle ke lantai dansa klub malam. Dari klub malam inilah shuffle merambah menjadi tarian jalanan. Grandy, yang mendirikan grup shuffler Astro 7, bercerita bahwa ia pertama melihat shuffle di acara sebuah klub di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Penasaran, ia mencari tahu soal shuffle di Internet. Ternyata, di YouTube.com, video panduan belajar shuffle bertebaran. "Saya belajar shuffle dari YouTube selama sebulan dan akhirnya bisa," kata Grandy.
Merasa sudah mumpuni, bersama teman-temannya Grandy membentuk Astro 7. Saban Rabu dan Jumat mereka berlatih di pusat kuliner Bintaro 9 Walk hingga larut malam. "Makin lama makin banyak kelompok shuffler yang latihan di Bintaro 9 Walk," kata Grandy.
Grandy bercerita, setelah sering berlatih di tempat terbuka sejak Januari 2009 itu, mereka kerap diundang mengisi pentas seni dan jadi hiburan pembuka atau penutup kejuaraan olahraga antarsekolah. "Seminggu bisa dua kali," ujarnya.
Beberapa kelompok shuffler menggabungkan diri dalam komunitas Indo Rockers. Komunitas yang punya anggota sekitar seribu orang ini menggelar ajang nasional Global Shuffle Meet Up setiap enam bulan sekali. Terakhir, ajang meet up ini digelar pada Juli lalu di Taman Menteng, Jakarta Pusat.
Koreografer Jeck Kurniawan Siompo Pui, atau lebih dikenal dengan Jecko Siompo, melihat maraknya shuffler ini seperti pengulangan saat break dance mulai mewabah di Indonesia pada 1980-an. Jecko, yang ketika mendapat beasiswa Goethe Institut sempat belajar tari kejang di jalanan Jerman, menjelaskan break dance juga awalnya tarian di jalan dan pesta-pesta kecil di garasi. Tarian jalanan itu, kata Jecko, makin populer ketika dibawa kalangan berada ke klub malam. "Setelah tarian ini ramai di klub malam, industri hiburan mengambilnya, nah menjamurlah tari jalanan itu," ujarnya.
Selain dalam film-film dokumenter, grup musik The Black Eyed Peas dalam klip video The Time sekilas memunculkan shuffle. Lalu duo LMFAO, yang bulan lalu tampil dalam konser musik di Java Soulnation 2011, menampilkan shuffle sepanjang klip video lagu Party Rock Anthem. Gaya para "pengocok kaki" dalam video itu dinamis, selengekan, dan gembira. Pakaian mereka beragam. Ada yang memakai kaus yang nyaman, baju pesta, blink-blink, ada pula yang bersepatu high heel. Party Rock Anthem pun ibarat "lagu kebangsaan" para shuffler.
Shuffle perlahan-lahan memunculkan berbagai variasi tari rave lainnya. Jump style yang berasal dari daratan Eropa, misalnya, mulai ikut menjadi tren berdampingan dengan shuffle. Berbeda dengan hip-hop, shuffle dan jump style lebih mewabah sampai ke anak usia sekolah dasar karena menurut Jecko cenderung mudah Âdipelajari. Apalagi fokus gerakannya hanya di kaki, sedangkan hip-hop sampai jungkir balik, "Ini kan seperti lari di tempat, anak kecil juga bisa menarikannya," kata Jecko.
Meski shuffle hasil evolusi tap dance dan tarian tradisional Irlandia, bagi Jecko tarian ini bukanlah barang baru di Indonesia. "Kita punya banyak tarian yang fokus di gerakan kaki, seperti sajojo dan poco-poco," ujarnya. "Karena itu, shuffle bisa berkembang jauh di sini."
SEDAN Toyota Soluna hijau memasuki lapangan parkir Bintaro 9 Walk. Dari dalam turun Yasser Satriadi dan Eddie Mohammad dari Music & Movement Studio, sekolah musik dan tari di Bintaro Sektor IX. Mereka menghampiri grup shuffler Astro 7 yang baru selesai berlatih. "Kami sudah sering melihat mereka berlatih di sana," kata Eddie. "Mereka kelihatannya sangat jago, jadi sayang kalau mereka cuma di jalanan."
Saat itu keduanya menawari para anggota Astro 7 mengisi acara. Belakangan mereka digandeng membuka kelas shuffle. "Kami minta mereka yang membuat kurikulum dan jadi pengajarnya," kata Eddie.
Pada September lalu kelas shuffle itu resmi dibuka. Muridnya diajari gerakan dasar, running man alias berlari di tempat. Perlahan kemampuan mereka dipoles dengan belajar gerakan ke samping dan variasi tendangan. Menurut Eddie, murid sekolah ini sudah sekitar 30 orang. Pesertanya mulai anak usia empat tahun hingga remaja sekolah menengah atas.
Eddie mengatakan konsep sekolah ini memindahkan tarian jalanan ke tarian berkurikulum. "Kami ingin mengubah citra shuffle dari tarian klub malam jadi cocok buat semua usia," kata Eddie. Langkahnya, kata Eddie, dengan memadukan shuffle dengan musik aliran di luar genre rave.
Sejak membuka kursus shuffle, Music & Movement juga kebanjiran permintaan memasok pelatih shuffle ke berbagai sekolah. Paling tidak sudah tujuh sekolah di Bintaro yang menjadikan shuffle ini kegiatan ekstrakurikuler. Nadhif Alifiansyah, 14 tahun, adalah satu yang berusaha agar di sekolahnya, SMP Negeri 182 Jakarta, ada pelajaran ekstrakurikuler shuffle. "Di sekolah banyak yang suka shuffle. Makanya kami ingin buat ekskul shuffle," ujar Nadhif, begitu ia biasa disapa.
Belum berhasil membuat ekstrakurikuler atau ekskul di sekolah, Juni lalu Nadhif bersama teman-teman satu sekolahnya membentuk Rolling House Shuffle. Berlatih dua kali dalam sepekan, mereka menjajal sebuah lomba shuffle di Tebet, Jakarta Selatan, dan berhasil jadi pemenang ketiga.
Akhir September lalu, Rolling House mendaftar lagi di lomba Shuffle Days Out, yang diadakan Mal Kalibata City, Jakarta Selatan. Dari 30 peserta, Rolling House, yang beranggotakan lima orang, berhasil jadi pemenang kedua.
Menurut Nadhif, agar bisa menjadi juara lomba shuffle, mereka harus membuat banyak persiapan yang merepotkan. Selain menyusun lagu sendiri, mereka harus memadukan koreografi dengan gaya shuffle liquid, yang memiliki gerakan tangan juga hardstyle yang gerakan kakinya lebih cepat. "Shuffle lumayan ribet bikin koreografinya," kata Nadhif. "Tapi, yang jelas, shuffle asyik dan enggak membosankan."
Seperti petikan lirik Party Rock Anthem oleh LMFAO: Everyday I'm shuffling....
Oktamandjaya Wiguna
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo