Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

40 Tahun Berkarya, Ghea Panggabean Meluncurkan Buku

Ghea Panggabean menceritakan kecintaannya pada fashion, terutama ragam wastra Indonesia termasuk jumputan.

16 Oktober 2020 | 19.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Perancang busana, Ghea Panggabean. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ghea Panggabean merilis buku Asian Bohemian Chic: Indonesian Heritage Becomes Fashion untuk memperingati 40 tahun berkarya sebagai perancang busana pada Jumat, 16 Oktober 2020. Buku Ghea diterbitkan oleh rumah publikasi internasional, yakni Rizzoli New York.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ghea mengajak IrwanMussry, tokoh luxuryfashiongoods di Indonesia, sekaligus suami MaiaEstianty ini untuk menulis kata sambutan dalam buku tersebut. Peluncuran buku ini sempat tertunda beberapa waktu seiring dengan kondisi pandemi dan beberapa kegaduhan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Passion menjadi alasan saya bertahan sebagai perancang busana selama 40 tahun," kata Ghea, dikutip Bisnis.com.

Passion itu juga yang membawa perempuan kelahiran Rotterdam ini tetap fokus sebagai perancang busana yang hanya memanfaatkan ragam wastra Indonesia. Salah satu jenis wastra yang paling dicintai oleh Ghea Panggabean adalah kain jumputan dari Sumatra Selatan.

Menurut Ghea, penyematan identitas sebagai Ratu Jumputan ini dimulai pada awal 80-an. Ghea kala itu sangat senang dengan gaya heritage dan gaya bohemian yang lebih muda dan merakyat.

"Terus saya jatuh cinta dengan kain jumputan yang saya pakai terus-terusan dan semua orang mengomentari dan memuji kain tersebut,” tuturnya.

Konsistensi Ghea pun membuahkan hasil, hingga akhirnya Ghea meraih penghargaan dari Asean Designer Show di Singapore pada 1986 karena mengangkat jumputan.

Tak hanya jumputan, kini Ghea juga cinta pada keindahan motif lain. Sebut saja tenun Sumba dan Flores dari Nusa Tenggara Timur dan kain gringsing dari Bali.

"Keunikan kain Indonesia inilah yang terus memotivasi saya berkarya. Keunikan yang masing-masing punya perbedaan dan ciri khas yang indah," ungkap Ghea.

Buku tersebut turut mengupas pengalaman masa kecil Ghea di Belanda dan Jerman. Akibat sering berkunjung ke museum dan membaca berbagai buku tentang kekayaan Indonesia, juga memicu kecintaan Ghea pada budaya Indonesia.

Beranjak remaja, dia pun melabuhkan pilihan di Lucie Clayton College of Dress Making, dan Chelsea Academy of Fashion, London, sebagai tujuan mendalami studi fashion design.

Dalam kesempatan peluncuran buku Ghea Panggabean mengaku buku ini dia persembahkan untuk kedua putri kembarnya yaitu Amanda dan Jannah.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus