Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak berkurang atau mengalami gangguan akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gejala stroke pada wajah dapat bervariasi dan seringkali muncul secara tiba-tiba. Gejala ini dapat mempengaruhi satu sisi wajah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tanpa pasokan darah yang mencukupi, otak tidak akan memperoleh asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel di otak akan mati.
Akhirnya, bagian tubuh yang dikendalikan oleh otak menjadi rusak atau tidak berfungsi dengan baik. Adapun beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang menderita stroke terdiri dari faktor kesehatan dan gaya hidup. Untuk lebih jelasnya, berikut ini gejala stroke pada wajah yang umum terjadi.
Daftar Gejala Stroke pada Wajah
Saat terkena stroke pada wajah, gejala yang umum terjadi adalah wajah miring pada satu atau kedua sisi. Kelopak mata dan sudut bibir mungkin tampak tertarik ke bawah dan seseorang mungkin juga tidak dapat tersenyum atau berbicara dengan jelas.
Dilansir dari Medical News Today, stroke pada wajah dapat mengakibatkan kelemahan otot yang memengaruhi mata, bibir, dan mulut pada salah satu atau kedua sisi wajah.
Stroke biasanya menyerang bagian bawah di salah satu sisi wajah, bukan di dahi. Namun, jika stroke terjadi di batang otak, maka bisa berdampak pada area dahi.
Berikut tanda-tanda stroke pada wajah:
- Kelopak mata, pipi, atau mulut turun.
- Kesulitan tersenyum secara sadar.
- Terlihat seperti senyum yang tidak disengaja.
- Air liur mengalir.
- Perkataan menjadi cadel.
Apakah Gejala Stroke pada Wajah Bisa Menghilang?
Gejala stroke pada wajah sering kali membaik seiring berjalannya waktu. Meskipun begitu, proses pemulihannya bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Beberapa orang dengan gejala serupa secara spontan dapat pulih dari kelumpuhan dan gejala lainnya pada 6 bulan pasca-stroke.
Program terapi dan rehabilitasi fisik dapat membantu pasien mendapatkan kembali kekuatan otot yang terdampak. Selain itu, dengan terapi, seseorang akan mendapatkan pengetahuan terkait pola gerakan normal seperti sedia kala.
Apakah Wajah Miring Selalu Terjadi Karena Stroke?
Wajah miring dan lumpuh tidak selalu terjadi akibat stroke. Namun, kelumpuhan wajah adalah gejala stroke umum yang menjadi akronim dari FAST (Face, Arms, Speech, dan Time).
Menurut penelitian yang dipublikasikan di Pusat Informasi Bioteknologi Nasional Amerika Serikat (NCBI) pada 2020, wajah miring ditemukan pada 45 persen kasus stroke. Sementara riset lain menyebutkan gejala wajah terkulai terdapat pada 60 persen orang yang pertama kali menderita stroke kortikal iskemik, yaitu stroke yang diakibatkan oleh penyumbatan pembuluh darah di korteks atau lapisan luar otak.
Beberapa wajah miring yang ditemukan pada penyakit lain, di antaranya:
- Bell’s palsy: Kondisi yang menyebabkan kelemahan otot wajah pada satu sisi secara tiba dan biasanya bersifat sementara. Bell’s palsy juga bertanggung jawab terhadap 70 persen kasus kelumpuhan wajah dan umumnya pulih dalam kurun waktu beberapa minggu.
- Cedera: sekitar 10-23 persen kasus kelumpuhan wajah disebabkan oleh patah tulang dan luka yang merusak saraf wajah.
- Infeksi: virus cacar air dan herpes zoster dapat hidup di saraf selama bertahun-tahun setelah infeksi pertama kali. Organisme itu dapat memengaruhi saraf wajah yang disebut sebagai sindrom Ramsay Hunt. Penyakit Lyme juga menjadi salah infeksi bakteri yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada wajah.
- Kondisi neurologis: multiple sclerosis dan myasthenia gravis juga dapat memicu terjadinya otot wajah menjadi lemah.
- Tumor: benjolan di wajah atau otak dapat menekan atau merusak saraf wajah yang berimbas pada kelumpuhan wajah. Akan tetapi, kasus seperti itu jarang terjadi.
MELYNDA DWI PUSPITA