Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

9 Bahan Berbahaya yang Terkandung dalam Tisu Basah

Penggunaan tisu basah secara rutin mungkin tampak tidak berbahaya, tetapi beberapa kandungan kimianya dapat menimbulkan risiko kesehatan.

20 Januari 2025 | 13.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi tisu wajah. imimg.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tisu basah telah menjadi kebutuhan penting dalam kehidupan modern. Kepraktisannya sangat membantu, terutama bagi orang tua yang memiliki bayi dan anak-anak, karena dapat membersihkan dengan cepat dan mudah. Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa tidak semua tisu basah aman.

Beberapa produk mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat menimbulkan risiko kesehatan, terutama jika digunakan secara rutin. Sayangnya, bahan-bahan berbahaya ini seringkali disamarkan dengan nama lain yang sulit dikenali oleh konsumen.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui kandungan yang sebaiknya dihindari. Melansir dari laman DHTI, berikut ini adalah daftar sembilan bahan berbahaya dalam tisu basah yang perlu anda waspadai.

1. Formaldehida

Formaldehida adalah senyawa kimia yang tersusun dari hidrogen, oksigen, dan karbon, yang sering dimanfaatkan di berbagai industri, termasuk kosmetik dan medis, berkat sifat pengawet dan antibakterinya. Dalam konteks tisu basah, formaldehida berperan sebagai bahan tambahan antijamur dan antibakteri. Akan tetapi, paparan formaldehida dalam jumlah besar atau dalam jangka waktu yang lama dapat memicu berbagai masalah kulit.

Beberapa di antaranya adalah kulit kering, kasar, gatal, atau kemerahan; munculnya lepuh dan reaksi inflamasi yang lebih parah; serta kulit mengelupas dan retak akibat pecahnya lepuhan. Selain itu, paparan berulang terhadap alergen, termasuk formaldehida, juga dapat memperburuk ruam dan iritasi yang sudah ada..

2. Etilen Oksida & 1,4-Dioxane

Etilen oksida merupakan gas tidak berwarna yang mudah terbakar dan sering dimanfaatkan dalam proses sterilisasi karena kemampuannya membasmi hampir semua virus, bakteri, dan jamur. Oleh karena itu, bahan ini umum digunakan di sektor medis dan farmasi.

Dalam pembuatan tisu basah, etilen oksida ditambahkan untuk mengurangi potensi iritasi dari bahan kimia lainnya melalui proses yang disebut etoksilasi. Proses ini menghasilkan produk sampingan bernama 1,4-dioxane. 

Paparan berulang terhadap kedua bahan ini dapat menyebabkan iritasi dan kemerahan pada kulit. Etilen oksida juga dikenal dengan nama lain seperti alkene oxide, dimethylene oxide, EO/ETO, dan oxirane. 

3. Phthalate

Phthalate, bahan kimia yang umum digunakan sebagai pewangi dalam berbagai produk seperti kosmetik, produk perawatan pribadi, dan pembersih rumah tangga, juga sering ditambahkan pada tisu basah sebagai agen pengharum. Namun, penggunaan phthalate ini berpotensi menimbulkan beberapa masalah kesehatan, di antaranya iritasi kulit, kemerahan, dan rasa gatal. Penggunaan phthalate secara terus-menerus juga dikhawatirkan dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang yang lebih serius. 

Untuk mengetahui apakah suatu produk mengandung phthalate, konsumen dapat memeriksa label produk dan mencari istilah seperti fragrance atau perfume. Selain itu, phthalate juga dapat diidentifikasi dengan nama lain seperti DEP (Diethyl Phthalate) dan DBP (Dibutyl Phthalate). 

4. Paraben

Paraben merupakan jenis pengawet sintetis yang sering digunakan dalam produk perawatan pribadi, termasuk tisu basah, dengan tujuan mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur yang dapat merusak kualitas produk. Meskipun demikian, penggunaan paraben telah dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan. 

Beberapa penelitian menunjukkan adanya potensi hubungan antara paraben dengan kanker, gangguan pada sistem endokrin (sistem hormon), serta toksisitas reproduksi dan neurotoksisitas (keracunan pada sistem saraf). Beberapa jenis paraben yang umum digunakan antara lain propylparaben, isopropylparaben, butylparaben, dan isobutylparaben.

5. Pewangi Sintetis atau Parfum

Pewangi sintetis adalah campuran kompleks dari ribuan bahan kimia. Selain phthalate, pewangi sintetis dapat mengandung bahan kimia lain yang berisiko bagi kesehatan, termasuk alergen dan disruptor hormon. Produsen sering kali tidak mencantumkan detail bahan pewangi ini di label produk karena dianggap sebagai rahasia dagang.

Jika Anda melihat istilah seperti fragrance, aroma, atau nama lain seperti Linalool, Citronellol, dan Cinnamal, ada kemungkinan besar produk tersebut mengandung pewangi sintetis yang berisiko.

6. Methylisothiazolinone/Methylchloroisothiazolinone (MIT/MCI)

MIT dan MCI merupakan bahan pengawet yang umum digunakan dalam produk berbasis air, termasuk tisu basah, karena sifat antibakteri dan antijamurnya. Meskipun demikian, bahan-bahan ini berpotensi menimbulkan efek samping seperti kulit mengelupas dan kemerahan, rasa gatal, pembengkakan yang parah, serta reaksi alergi yang signifikan. 

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) bahkan mengklasifikasikan MCI sebagai alergen, dan paparan terhadap konsentrasi tinggi dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. 

7. Sodium Lauryl/Laureth Sulfate (SLS)

SLS merupakan bahan pembersih yang umum ditemukan dalam produk kosmetik dan tisu basah. Akan tetapi, perlu diwaspadai bahwa ketika SLS bercampur dengan bahan lain seperti triethanolamine, dapat terbentuk NDELA, yaitu sebuah zat karsinogenik yang berpotensi menyebabkan toksisitas organ, gangguan hormon, dan mutasi genetik.

Selain itu, bagi individu dengan kulit sensitif atau kondisi kulit tertentu seperti eksim, keberadaan SLS dapat memperparah gejala yang ada, seperti kulit kering, pecah-pecah, dan gatal. 

8. Iodopropynyl Butylcarbamate (IPBC)

IPBC merupakan bahan pengawet yang berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur dalam produk kosmetik. Walaupun dianggap aman dalam jumlah sedikit, IPBC memiliki kemampuan untuk menembus kulit dan berpotensi menyebabkan dermatitis kontak alergi serta gangguan pada sistem kekebalan tubuh.

Selain itu, IPBC sangat beracun jika terhirup, oleh karena itu penggunaannya dibatasi hanya pada produk yang tidak menghasilkan aerosol untuk meminimalkan risiko inhalasi.

9. Triclosan

Triclosan, yang sering digunakan sebagai agen antibakteri dalam tisu basah, memiliki potensi risiko kesehatan karena dapat diserap oleh kulit. Penyerapan triclosan ini dikaitkan dengan beberapa masalah, di antaranya gangguan fungsi hormon dan reaksi alergi. Selain itu, terdapat kekhawatiran mengenai potensi kanker akibat pembentukan dioksin saat triclosan terurai.

Pilihan Editor: Kenali Kandungan Tisu Basah, Amankah untuk Kesehatan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus