Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kanker prostat adalah jenis kanker yang tumbuh dalam kelenjar prostat pada pria, yang berperan dalam pembentukan cairan ejakulasi, dan biasanya menunjukkan gejala kesulitan buang air kecil. Kanker prostat pada stadium awal sering tidak menunjukkan gejala yang khas. Namun, kecurigaan akan meningkat jika muncul gejala seperti nyeri tulang, fraktur patologis (patah tulang akibat penyakit), atau penekanan pada sumsum tulang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbicara faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker prostat meliputi usia yang semakin tua karena biasanya penyakit ini lebih sering didiagnosis setelah usia 50 tahun, riwayat keluarga, serta obesitas. Selain itu, diet dan gaya hidup berperan dalam risiko ini. Diet yang tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan risiko kanker prostat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Klaster Uronefrologi RSCM Kencana, Widi Atmoko, mengatakan obat kuat tak berhubungan dengan risiko pria terkena kanker prostat. Namun, obat ini bisa berkaitan dengan masalah pembuluh darah.
"Obat kuat berkaitan dengan masalah pembuluh darah, tekanan darah, sehingga memang ada beberapa kontra-indikasi. Misalnya ada obat kuat golongan nitrat yang bisa menurunkan tensi darah, harus hati-hati," katanya.
Karena itu, alih-alih pria yang seperti mengalami gangguan ereksi langsung meminum obat kuat, sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter.
"Makanya pemberian obat ini harus bertemu dokter dulu, jadi enggak bisa langsung beli di apotek. Kalau beli di apotek pasti diminta resep," jelasnya.
Widi sebenarnya membolehkan pria dewasa muda meminum obat kuat yang dijual di pasaran asalkan sesuai dosis dan dibeli di apotek resmi mengingat penelitian memperlihatkan banyak obat yang beredar ternyata palsu.
"Untuk dewasa muda, pria berusia 30 tahunan aman atau tidak? Boleh saja. Kalau dibilang aman, aman tetapi sesuai dosisnya karena banyak sekali dosisnya," ujarnya.
Disfungsi ereksi
Widi mengatakan pernah mendapati pasien gangguan ereksi berusia 30 tahunan dengan riwayat merokok berat dan obesitas. Menurutnya, pada prinsipnya pengobatan yang diberikan yakni dengan memberikan obat seraya mengevaluasi masalah kesehatan lain yang dihadapi seperti hipertensi, diabetes, dan obesitas.
"Kalau kami dari urologi memang pil biru sebagai first line treatment selain kita evaluasi faktor risiko kalau ada obesitas, sakit gula, hipertensi, itu kita obati. Dari urologi diberikan pil biru (obat ereksi atau obat kuat)," papar Widi.
Disfungsi ereksi menjadi salah satu gangguan seksual pria yang menghambat untuk mencapai aktivitas seksual yang memuaskan. Widi merujuk data di RSCM lebih dari sepertiga pria usia 20-80 tahun mengalami disfungsi ereksi. Sesuai dengan definisinya, gangguan seksual pria dapat terjadi pada masing-masing fase respons seksual.
Bila dijabarkan, gangguan seksual dapat berupa gangguan hasrat rendah hipogonadisme (kadar testosteron rendah), disfungsi ereksi atau impotensi, gangguan ejakulasi dan orgasme, kelainan bentuk penis seperti kurvatur penis, kelainan ukuran penis dan dismorfofobia, serta priapismus atau ereksi yang berkepanjangan tanpa disertai rangsangan. Menurutnya, penyebab gangguan seksual sangat beragam yang secara umum dapat terbagi menjadi masalah psikologis, organik (adanya kelainan dari sisi anatomi atau fungsi organ), maupun campuran.
"Walaupun konsep gangguan seksual tetap sebenarnya mencakup konsep yang lebih luas seperti masalah seksual, biologis, psikoseksual, sosiobudaya, dan hubungan interpersonal,” tandasnya.