Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Aduh, Obat Mencret !

Efek samping dari obat ini menyebabkan penyakit yang disebut smon (kerusakan sistem syaraf yang bisa mengakibatkan buta, kelumpuhan lambung, mati), penderita smon di jepang berdemonstrasi.

10 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KINOSHITA Yuji memegangi potret almarhumah istrinya. Di sebelahnya seorang ibu menggandeng suami yang lumpuh di atas kereta dorong. Mereka berbaur dengan ribuan demonstran yang sedang menunjukkan perasaan di depan sebuah pabrik. Beginilah pemandangan saban tahun dari orang-orang yang diduga jadi korban obat mencret clioquinol di Jepang. Penyakit perut ada di mana-mana. Dan clioquinol menjangkit ke seluruh dunia. Akhir April lalu para penderita dan pejung anti-obat mencret itu terbang pula ke Eropa menemui teman senasib mereka. Demonstrasi pun berkobar di sana. Seratus orang Jepang itu mampir ke pabrik farmasi Ciba-Geigy di Basel, Swiss. Pabrik obat mencret yang punya cabang di berbagai negara itu mereka tuntut supaya menghentikan produksi clioquinol. Mereka menyerukan kepada pemerintah berbagai negara (termasuk Indonesia) untuk membatasi distribusi obat itu secara ketat. Di Jepang clioquinol mulai dipakai sejak tahun 1930-an. Sedangkan efek sampingnya baru diketahui 20 tahun kemudian. Menurut para penentangnya mengatakan: mereka yang ingin menyembuhkan sakit perut ternyata mendapatkan penyakit yang lebih parah berupa kerusakan sistem saraf yang bisa mengakibatkan buta, kelumpuhan lambung dan mati. Dalam dunia kedokteran penyakit itu disebut smon (Subacute Myelo Optic Neuropathy) Getir Kematian yang diakibatkan smon datang secara perlahan tapi getir. Mieko Hoshi, seorang gadis berusia 20 kena muntah-berak setelah pulang melancong bulan April 1969. Setelah dia genjot Clioquinol ia pun sembuh dan bisa bekerja kembali. Tapi belakangan penyakit itu kambuh. Di samping obat-obat injeksi, dokter memberi gadis Mieko clioquinol merk Entero-Vioform. Obat anti mencret ini terus saja ditingkatkan oleh dokter yang merawatnya, sampai ia tak bisa membuka mulut lagi. Tanggal 24 Juli ia sudah tak kuasa berdiri dan perutnya sudah tak berfungsi dengan baik. Sebulan kemudian ia sudah tak bisa membaca tanda larangan merokok di dinding. Bulan Oktober ia buta samasekali. Tubuhnya semakin kecil saja dari tahun ke tahun. Sembilan tahun gadis itu terkurun di ranjang kecil sampai ia meninggal. Clioquinolkah yang merupakan penyebab utama smon? Prof. Inoue dari Universitas Kyoto menyatakan, bahwa penyebab penyakit itu sebenarnya virus. Tapi bantahan terhadap pendapat Inoue cukup kuat, dan perkara ini dimajukan ke pengadilan oleh para penderitanya. Yang dituntut produsen obat itu, seperti Ciba-Geigy, Tanabe Seyaku Co. dan Takeda Chemical Industries. Perkara ini berlangsung sejak 1971. Tiap kali mahkamah mengalami kesulitan untuk memutuskannya. Karena pendapat yang pro dan kontra clioquinol seimbang. Kemudian ada kesepakatan. Dikabarkan 47 penderita kelumpuhan akan mendapat uang US$ 5 juta, dan membayar US$ 4.000 kepada keluarga 6 korban yang meninggal. Delapan penderita yang sudah parah tiap bulan dapat bayaran US$ 245 sampai US$ 410. Ganti rugi? "Sama sekali bukan ganti rugi," demikian menurut keterangan Dr. F.H Tshai, direktur medis PT Ciba-Geigy Pharma Indonesia di Jakarta kepada wartawan TEMPO pekan lalu. Ketiga pabrik obat raksasa di Jepang itu mau memberikan uang sejumlah itu kepada penderita smon "hanyalah karena pertimbangan perikemanusiaan." Sampai Ke Dukuh Tapi Tshai mengakui, bahwa bila obat sakit perut Entero-Vioform (yang beredar di Indonesia sejak tahun 1940-an) ditelan tiga minggu berturut-turut dalam dosis besar (750 mg atau 3 tablet sehari), dapat timbul gejala yang mirip smon. Tapi, kata Tshai, nampaknya mustahil seorang penderita menelan obat itu sampai tiga minggu terus-menerus. Betapa pun, para penentang obat mencret yang mengandung clioquinol dari Jepang telah terbang ke Eropa untuk membujuk agar WHO melarangnya. Negara-negara maju sudah memasukkan obat itu ke dalam daftar obat keras, harus dengan resep. Tapi banyak negara berkembang menjualnya sebagai obat bebas. Di Indonesia clioguinol banyak di pasar bebas. Sampai pun ke dukuhdukuh terpencil di gunung. Televisi mengiklankannya seperti permen. Merknya Entero-Vioform, Entrosep, Koniform. Sulfa-plus, Entroviosulfa, Libroform Entro Stop. Sanform, Nifural, Viosulfon, Diarent, Mexaform dan Mebinol complex. "Saya tak melihat kemungkinan pemerintah akan melarang beredarnya obat anti diare seperti Entero-Vioform. Sebab selain belum ada bukti penderita smon di Indonesia, jika dia ditarik berarti penderita akan menelan obat yang putih keras," ulas Tshai. Mungkin tak perlu dilarang memang. Tapi apakah semua diare harus dihajar dengan clioquinol? Menurut seorang dokter, penelitian menunjukkan bahwa "60% diare bisa sembuh sendiri."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus