Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Sekolah Menghafal Kitab Suci

Ptiq (perguruan tinggi ilmu al-quran) merayakan dies natalis ke-9. dihadiri ibnu sutowo, h. thahir, dll. ptiq, konon merupakan pendidikan tinggi pertama di dunia yang mendalami ilmu-ilmu al-quran.

10 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KONON inilah pendidikan tinggi pertama di dunia -- yang khusus mendalami ilmu-ilmu Al-Quran. Didirikan di Jakarta, April 1971, bulan kemarin PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu-Ilmw Al-Quran) merayakan diesnya yang ke 9. Menarik: di mimbar berdiri Dr. H. Ibnu Sutowo, bekas Dirut Pertamina dan ternyata sponsor terpenting sekolah ini, memberi kata sambutan. Semula PTIQ yang lahir dari induk yang sama dengan MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran) -- yakni sebuah kongres persatuan para seniman-baca dan penghafal Quran (Jami'iyatul Qurraa wal Huffazh) di tahun 1968 -- dibiayai dengan dana TR (Nikah-Talak Ruju') dari Departemen Agama. Hanya setahun kira-kira. Begitu KHM Dahlan tak lagi jadi menteri agama, kesulitan muncul. Lalu sekolah swasta itu diambil oper oleh lembaga bernama Yayasan Pendidikan Al-Quran (YPA), diketuai Ibnu Sutowo. Termasuk dalam daftar badan pendiri yayasan juga Hasjim Ning, H.A. T hahir, dan H.M. Jusuf, Direktur Hilton Hotel. Bahkan Ibnu dan Haji Thahir adalah wakil ketua Dewan Kurator PTIQ periode 1972-197i -- dengan ketua KH M. Dahlan. (Ketua Baru Prof. Dr Hamka, dengan anggota antara lain Letjen H. Alamsjah, KH Masjkur, Ismail Sunny). Cuci Pakaian Gratis Dari yayasan itulah dana mengalir ke kompleks 5.000 meter persegi di Pasar Jumat itu -- tidak besar, sekitar Rp 50 juta per tahun. Dari uang itu sekolah masih mengongkosi mahasiswanya (sekarang 118 orang): makan-minum, asrama dan cuci pakaian gratis, plus uang jajan Rp 1,5 ribu per bulan. Menarik: sebagian mahasiswa juga dikirimi uang oleh gubernur daerah asal mereka, selain dari orangtua. Sebab sekolah ini berbau resmi juga: mahasiswa dikirim sebagai wakil tiap provinsi -- dari Pemda atau lembaga pendidikan setempat -- yang kemudian dites lagi di Jakarta. Seleksi terhitung ketat. Tiap tahun hanya diterima maksimum 35 mahasiswa baru, yang akan menempuh pendidikan 3« tahun untuk sarjana muda dan 6« tahun sarjana lengkap. Kesempatan mengulang ujian hanya di tingkat III dan V. Di tingkat lain, sekali tak naik, keluar. Tapi apa yang dikerjakan anak-anak ini? Paling penting menghafal Quran. Calon sarjana muda harus hafal 18 juz' (bagian), dan sarjana lengkap komplit 30 juz' (540 halaman, ukuran standar). Sepanjang ini saja memang tak aneh cukup banyak perguruan menghafal Quran di Indonesia, dan diperkirakan ada puluhan ribu hafizh (penghafal seumur hidup) di tanah air. Tapi letak ilmu-ilmu Qur'an terutama tak di situ. Sekolah ini punya fakultas ushuluddin (theologi) dan syari'ah (hukum), hampir sama dengan IAIN. Hanya ada tambahan ilmu Qiraah (aliran-aliran pembacaan Quran), Nagharn (ilmu lagu) di samping Tilawah (melagukan) sendiri. Bahkan ada Metodologi Riset dan di Ushuluddin Publisistik/Jurnalistik. Bentuk itulah yang kemudian konon ditiru di Madinah, Arab Saudi, sejak tiga tahun lalu. Sedang sebuah institut yang hampir serupa kemudian didirikan lagi di Jakarta, khusus untuk wanita. Pengajaran tergolong mewah: 1 orang dosen untuk 2« mahasiswa. Di antara dosen terdapat Dr. Harun Nasution dan Prof. Kasman Singodimejo sebagai guru besar, di samping dosen dari Mesir. Di bawah Rektor KH Syukri Ghozali, PTIQ kemarin mengirimkan dua mahasiswanya mewakili Indonesia ke lomba lagu dan menghafal Qur'an internasional di Mekah. Salah seorang menjadi juara ke-7 untuk lagu, sedang yang lain, Muhajir, mendapat medali emas dan uang sekitar Rp 2 juta sebagai juara ke-1. Lumayan, ah, sesudah Indonesia tak jadi juara apa-apa -- sesudah kalah di dunia bulutangkis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus