Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Bayi Siapakah Yang Cacat Itu ?

Tak gampang memastikan shc membikin cacat bayi, terbuka kelemahan. dr. mohamad aliwata yang melaporkan cacat 12 bayi karena ibunya minum shc, tim peneliti dari depkes hanya berhasil menemui seorang ibu.

10 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BENARKAH Super Heporine Capsules membikin bayi cacat? Belum bisa dijawab sekarang. Sekalipun batas waktu 4 bulan yang diminta Departemen Kesehatan untuk membuktikannya sudah lewat. (TEMPO, 26 Januari 1980). SHC dilarang 8 Desember 1979. Sedangkan obat tradisional pelancar haid temannya (Feminin Capsules, New Hulingkie, New Hulingkie Syrup, Super Hulingkie Capsules dan Super Ivorine) dilarang pula sebulan kemudian. Namun sekarang terbuka kelemahan dr. Mohamad Aliwafa yang melaporkan cacatnya 12 bayi karena ibu mereka meminum SHC. Tim peneliti yang dikirim Depkes untuk melacak alamat pasien yang terdaftar di Rumah Bersalin Tresnowati, Yogyakarta, ternyata tersasar. Hanya seorang ibu saja yang berhasil ditemui. Artex Advertising di Semarang, perusahaan iklan yang memegang iklan SHC, kabarnya juga melakukan penelitian sendiri. Hasilnya 6 alamat palsu. Dua ibu yang sesuai dengan alamat membantah meminum SHC. Dua lagi jawabnya meragukan. Hanya dua yang terang-terangan mengaku. Satu di antaranya Nyonya Sujinah Muraji yang berhasil ditemukan TEMPO di Kampung Miliran, Kecamatan Umbulharjo. Aliwafa sendiri mengakui kecolongan. "Saya tidak melakukan recheck. Waktu dan tenaga terbatas," katanya kepada wartawan TEMPO Mohamad Cholid. Sementara di rumah bersalin itu tidak ada keharusan bagi pasien untuk menyerahkan KTP atau surat keterangan lain. Dengan pemalsuan alamat yang dilakukan oleh beberapa ibu itu, apakah laporan Aliwafa menjadi tak berharga. Mungkin tidak. "Laporan Aliwafa itu baru merupakan sinyalemen. Tapi sinyalemen yang bernilai tinggi. Dia merupakan contoh dokter yang baik, yang kita butuhkan," sambut dr. Iwan Darmansjah, kepala bagian Farmakolozi FKUI, Jakarta. Wanita Jakarta Agaknya bisa dipermasalahkan mengapa Aliwafa terburu-buru menganjurkan larangan terhadap obat memperlancar haid tadi. Karena larangan tersebut mengakibatkan kerugian cukup besar buat SHC yang beromset Rp 11 juta ditambah Rp 20 juta per bulan untuk kelima obat yang lain. Tapi ketergesaan Aliwafa cukup beralasan juga. Ia melihat angka 12 bayi lahir cacat dari 2.000 persalinan setahun di klinik yang ia pimpin. Dan itu terlalu tinggi. "Lagipula kalau kemudian ternyata tak terbukti, larangan 'kan bisa dicabut," selanya. Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan, Dr. Midian Sirait yang kemudian datang menimpali, juga berpendapat begitu. Ia malahan kurang menganggap penting membicarakan kerugian yang ditanggung perusahaan. "Ah. . . itu tak seberapa. Kerugian lebih besar kalau ternyata kapsul itu bikin bayi cacat," tukasnya. Untuk membuktikan benar tidaknya laporan Aliwafa dari Yogyakarta itu, Midian Sirait minta waktu sampai Juni. Tapi agaknya pengunduran itu pun masih belum cukup juga. Iwan Darmansjah yang ikut melakukan penelitian (di samping Universitas Airlangga, Surabaya), minta waktu sampai akhir tahun. Penelitian yang dilakukan di Bagian Farmakologi FKUI dan dipimpin dr Iwan Darmansjah itu meliputi percobaan terhadap tikus yang baru berlangsung sejak awal April. Tikus-tikus betina dijodohkan. Pada kehamilan 7 sampai 15 hari ke mulut si induk tikus dicekokkan SHC. Baru pada kehamilan hari ke 19 kandungan tikus itu dibedah lantas dikeluarkanlah si cindil. Sebenarnya masa mengandung tikus 21 hari. Tapi, menurut cerita Iwan, kalau ditunggu-sampai lahir sendiri, orok tikus yang cacat akan dimakan induknya. Di seberang ruangan kerja Iwan Darmansjah ditemukan ratusan bayi tikus yang sudah diawetkan. "Sampai saat ini saya pribadi berpendapat rasa-rasanya ada kelainan yang bisa menyebabkan cacat yang ditimbulkan Super Heporine," katanya memberi isyarat seraya menunjuk pada tumpukan tabung plastik berisi anak tikus yang mati. Selain percobaan terhadap tikus, dilakukan pula penelitian ret1ospective. Berupa pengamatan terhadap bayi-bayi yang lahir sekarang ini di beberapa klinik. Sebab menurut keterangan, wanita akarta paling banyak minum SHC dibandingkan dengan daerah lain. Termasuk Yogyakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus