Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tidak semua generasi muda yang peduli lingkungan memilih membeli mobil listrik.
Motivasi generasi muda membeli mobil listrik bukan hanya kepedulian pada lingkungan.
Mobil listrik sebagai kepemilikan dianggap dapat meningkatkan penerimaan sosial.
Mobil listrik kini makin banyak dijumpai di ruas-ruas jalan di Indonesia. Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), jumlah penjualan mobil listrik di Indonesia melonjak drastis dalam dua tahun terakhir, dari hanya 3.193 unit pada 2021 menjadi 23.154 unit pada paruh pertama 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini tak terlepas dari keberhasilan program pemerintah mendorong percepatan program kendaraan listrik yang dimandatkan melalui Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019. Salah satunya melalui subsidi pembelian sepeda motor dan mobil listrik yang berlaku sejak Maret 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, meningkatnya kesadaran generasi muda terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan menjadi faktor penting. Mereka adalah target pasar yang berpotensi membentuk pasar kendaraan listrik ke depan—baik langsung maupun lewat dorongan kepada keluarga.
Meskipun ini membuka peluang bisnis berbagai merek otomotif untuk menjajakan produknya dengan berbagai fitur di Indonesia, jumlah mobil listrik yang beroperasi pada kenyataannya masih jauh dari target pemerintah, yakni 600 ribu unit pada 2030.
Platform survei Jajak Pendapat (JakPat) menunjukkan, walaupun generasi muda Indonesia semakin melek lingkungan, hanya 56,2 persen yang bersedia membeli produk ramah lingkungan. Sisanya memilih tindakan nyata lain, seperti membawa tas belanja, mendaur ulang produk, dan membeli produk isi ulang.
Dengan kata lain, tidak semua generasi muda yang peduli pada lingkungan memilih membeli produk ramah lingkungan, seperti mobil listrik.
Karena itu, penting untuk mengetahui motif apa yang dapat menarik generasi muda membeli mobil listrik, selain alasan peduli lingkungan.
Ilustrasi seorang pria sedang mengisi ulang listrik untuk mobil listrik. Shutterstock
Bukan Hanya Soal Lingkungan, tapi juga Cinta Sesama
Penelitian kami berusaha mengungkap motivasi generasi milenial dan generasi Z membeli kendaraan listrik. Kami menyurvei secara daring 260 responden berusia 25-40 tahun.
Hasilnya, kami menemukan bahwa motivasi generasi muda membeli mobil listrik bukan hanya kepedulian pada lingkungan. Ada beberapa motivasi mendasar yang melandasi perilaku manusia dapat bertahan hidup dan berevolusi, yaitu: (1) motif melindungi diri sendiri, (2) peduli pada keluarga dan kerabat, (3) mencari pasangan hidup, (4) mempertahankan pasangan hidup, (5) memperoleh status terpandang di masyarakat atau gengsi, serta (6) motif untuk berkelompok dan berafiliasi.
Melindungi Diri dan Keluarga
Persepsi mengenai suatu ancaman dapat menjadi dasar intensi pembelian konsumen terhadap suatu produk.
Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa motif melindungi diri serta kepedulian pada keluarga mendorong generasi muda berniat membeli mobil listrik. Hal ini sejalan dengan meningkatnya pemahaman terhadap dampak perubahan iklim serta kerusakan lingkungan yang mengancam kesehatan dan keberlanjutan hidup manusia. Mobil listrik dipandang mampu menjadi solusi atas isu kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Penerimaan Sosial, Motif Berkelompok, dan Alasan Romantika
Responden kami memandang mobil listrik sebagai kepemilikan yang dapat meningkatkan penerimaan sosial, baik sekadar untuk membangun afiliasi atau jejaring maupun mencari atau mempertahankan pasangan hidup.
Hal ini muncul karena membeli dan menggunakan mobil listrik dipandang sebagai perilaku sosial yang altruistik, yaitu rela mengorbankan kepentingan diri sendiri untuk kepentingan masyarakat luas. Generasi muda yang membeli mobil listrik pada tahap awal peluncurannya seperti saat ini, atau dikenal dengan istilah early adopter, memiliki citra positif karena dipandang rela mengambil risiko dengan membeli produk yang relatif baru dan mengorbankan kenyamanan demi kepentingan lingkungan.
Ilustrasi seorang wanita sedang mengemudikan mobil listrik. Shutterstock
Tak hanya itu, penggunaan mobil setrum juga memberikan citra unik kepada pemakainya sehingga menambah peluang saat mereka mencari pasangan.
Survei kami juga menunjukkan pemilik mobil listrik yang jumlahnya semakin bertambah memunculkan komunitas-komunitas baru sebagai wadah untuk bersosialisasi bagi para generasi muda. Dengan kata lain, generasi muda menunjukkan keseimbangan pemikiran antara ekonomi (profit), hubungan (people), dan lingkungan (planet).
Peningkatan Status
Berbagai studi sebelumnya menunjukkan bahwa motivasi untuk mendapatkan status terpandang atau gengsi di mata masyarakat mendasari generasi muda membeli mobil listrik.
Namun, yang menarik, studi kami mendapati harga mobil listrik yang makin ramah kantong membuatnya tak lagi terlihat eksklusif. Dampaknya, memiliki mobil listrik tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan generasi muda akan pencapaian status atau gengsi. Apalagi beberapa merek mobil listrik memposisikan diri sebagai kendaraan dengan harga "terjangkau".
Hal ini menggarisbawahi pentingnya kampanye pemasaran dengan tema yang beragam. Kampanye tidak hanya menekankan pada manfaat mobil listrik untuk pengurangan emisi dan kepedulian lingkungan, tapi juga buat pemenuhan kebutuhan sosial dan citra tertentu bagi generasi muda.
Apa yang Perlu Diperhatikan Pemerintah dan Produsen?
Konsumen hanya akan membeli suatu produk jika produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Karena itu, ada dua isu penting untuk diketahui produsen mobil listrik: apa saja kebutuhan masyarakat yang akan mendorong mereka mengadopsi mobil listrik serta apa fitur-fitur mobil listrik yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut.
Dalam mengkampanyekan mobil listrik, produsen juga perlu memperhatikan fitur apa yang perlu ditonjolkan untuk meyakinkan generasi muda bahwa mobil listrik dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Riset kami menemukan bahwa fitur daya tempuh jarak pendek mobil listrik yang memungkinkan penggunanya berkendara sehari-hari dengan praktis dan efisien penting untuk ditonjolkan, terutama bagi generasi muda yang memiliki kebutuhan membangun afiliasi dan jejaring.
Selain itu, penting bagi para produsen mobil listrik memfasilitasi komunitas-komunitas pengguna mobil listrik karena hal ini merupakan salah satu daya tarik bagi generasi muda.
Dengan adanya kolaborasi antara pemerintah melalui kebijakan yang mendorong adopsi mobil listrik, produsen mobil listrik melalui kampanye serta inovasi mobil listrik yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan generasi muda, serta niat konsumen yang kuat untuk beralih dari mobil berbahan bakar minyak ke mobil listrik, tentu target rencana strategis pemerintah untuk mencapai 600 ribu unit pada 2030 semakin mudah diwujudkan.
-----
Artikel ini ditulis oleh Widya Paramita, assistant professor, Universitas Gadjah Mada; dengan kontributor Dr Sahid Susilo Nugroho, MSc (lecturer in the field of marketing UGM), Eddy Junarsin (faculty member UGM), Rahmadi Hidayat (lecturer in geological engineering UGM), dan Rokhima Rostiani (dosen UGM). Terbit pertama kali di The Conversation.