Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Alzheimer di Negeri ini

14 Juni 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mochtar namanya. Lelaki setengah abad ini dikaruniai kepribadian hangat. Guyonan orisinalnya selalu dinanti kawan dan sanak-kerabat. "Kalau ada Aki, suasana pasti segar," kata Emmy, gadis remaja cucu Mochtar.

Tapi kesegaran itu kini sudah pudar. Tiga tahun terakhir Mochtar yang hangat berubah menjadi pemurung, pemarah, dan amat sangat pelupa. Dia selalu memanggil anak, cucu, dan saudaranya dengan nama yang kebolak-balik. Bahkan, suatu kali Mochtar yang berbadan tegap ini pernah keluar rumah hanya dengan selembar handuk melilit tubuh.

Kali lain, kakek lima cucu ini berangkat ke rumah seorang kawan mengenakan blus berenda milik sang istri. Kontan saja penampilan "seksi" ini memancing kehebohan di kalangan tetangga Mochtar, di Dayeuehkolot, Bandung, Jawa Barat. Akibat kepikunan yang ekstrem, Mochtar kini selalu ditemani keluarga. "Enggak berani ninggalin Aki sendirian," kata Emmy.

Penderita Alzheimerkah Mochtar? Wallahualam.

Mochtar memang telah menampakkan gejala-gejala yang patut dicurigai Alzheimer (lihat boks). Tapi wiraswastawan ini tak pernah bersedia memeriksakan diri ke dokter. Apa yang dia alami dianggapnya tak lebih dari konsekuensi umur yang makin lengser menuju isya. "Namanya juga sudah tua," begitu komentar lelaki berusia 54 tahun ini—umur yang belum cukup untuk disebut sepuh.

Dr. Martina Nasrun, Ketua Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI), membenarkan ada banyak pengidap sindrom Alzheimer yang memilih berdiam diri seperti halnya Mochtar. Dengan angka prevalensi 3-5 persen untuk rentang usia 65 tahun, paling sedikit ada 600 ribu penderita Alzheimer di negeri ini. Tetapi teramat sedikit yang mau terbuka dan mencari pengobatan dengan serius. "Kebanyakan karena keluarga kurang mendukung," kata Martina.

Rupanya, Martina melanjutkan, tidak sedikit orang yang malu memiliki kawan-kerabat-saudara yang terkena Alzheimer. Padahal penderita Alzheimer sangat membutuhkan bantuan untuk menjalani hidup. Mereka perlu pengobatan untuk menghambat proses penggerusan memori otak.

Para penderita juga perlu dilatih mempertahankan ingatan tentang banyak hal yang remeh-temeh bagi orang normal. Bila perlu, di rumah penderita ditempelkan instruksi-instruksi mengenai prosedur mandi, berpakaian, makan, atau tidur. "Tanpa peran serta keluarga," kata Martina, "hal seperti ini susah dilakukan." Dan, tanpa pelatihan, pengidap Alzheimer bakal terus bergantung penuh pada orang lain. Seperti halnya Mochtar yang bergantung pada Emmy.

Mardiyah Chamim


10 Gejala Alzheimer:

  • Gangguan daya ingat
    Lupa janji, nama orang, teman, anggota keluarga. Juga kesulitan mengingat kejadian atau pembicaraan.
  • Kesulitan melakukan aktivitas sederhana
    Mandi, makan, berpakaian, jadi perkara yang amat susah.
  • Disorientasi
    Susah mengenali waktu, tempat, dan lingkungannya sendiri.
  • Penampilan memburuk
    Berhubung susah mengingat, penderita kerap salah berpakaian
  • Kesulitan melakukan penghitungan sederhana.
  • Kerap salah meletakkan benda, selalu mencurigai seseorang dengan sengaja telah mencuri benda miliknya
  • Perubahan perilaku.
    Yang tadinya suka berdiam di rumah berubah jadi sering keluar rumah, terutama pada malam hari.
  • Perubahan kepribadian
    Yang tadinya hangat berubah menjadi pemurung, tidak sabaran.
  • Apatis.
    Penderita tidak lagi bersemangat mengerjakan hobi dan kesenangan lainnya.

    Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI)

    Sasana Tresna Werdha, Ria Pembangunan Jalan Pudika (depan Tunas Bangsa) Km 17 Cibubur, Jakarta _ Indonesia
    Telp: 021-8730179, 87753021
    e-mail: [email protected]

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus