Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Banyak yang menyebutkan bahwa stres dapat menurunkan berat badan. Bukan hanya itu, gejala stres lainnya dapat menyebabkan sakit kepala, gangguan pencernaan, sakit dan nyeri, otot tegang, perubahan suasana hati, kelelahan, kesulitan jatuh atau tetap tertidur, kesulitan dengan memori jangka pendek, peningkatan denyut jantung, juga penurunan gairah seks.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dikutip dari healthline.com, kondisi stres dapat mempengaruhi perilaku yang berbeda dari biasanya. Seperti bekerja sambil makan siang atau begadang. Akibatnya justru dapat memperburuk reaksi internal tubuh terhadap stres, sehingga tubuh dapat mempercepat metabolisme tubuh. Bahkan dapat menimbulkan gejala sakit perut, maag, diare, dan sembelit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sementara dilansir dar medicalnewstoday.com, stres mempengaruhi hampir setiap area tubuh, termasuk sistem dan proses tubuh dapat menyebabkan penurunan berat badan dengan cara yang berbeda.
Saat stres seseorang akan memilih makanan yang buruk sebagai akibat dari stres dapat berkontribusi pada peradangan yang meluas dan penurunan berat badan. Peradangan tersebut mempengaruhi aktivasi saraf vagus, yang memengaruhi cara usus memproses dan memetabolisme makanan.
Begitupun sistem saraf simpatik. Efeknya dapat memicu pelepasan epinefrin, juga disebut adrenalin, dari kelenjar adrenal. Aliran epinefrin mengaktifkan respons melawan-atau-lari tubuh, yang mempersiapkan seseorang untuk melarikan diri atau melawan ancaman yang akan datang.
Sementara itu Epinefrin akan menyebabkan jantung berdetak lebih cepat serta pernapasan menjadi lebih cepat dan membakar kalori. Selain itu, kondisi ini dapat mengubah cara usus mencerna makanan dan mengubah kadar glukosa darah. Bukannya hanya menyebabkan turun berat badan, beberapa orang justru mengalami kenaikan berat badan akibat stres.
SABAR ALIANSYAH PANJAITAN