Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Apa Kabar "Orang Besar"?

Selain Nasrul dari Sum-bar, di Tasikmalaya dan Jombang terdapat juga manusia raksasa Subandi & Bustaman. Nasrul mendapat pengobatan dengan sinar cobalt untuk menghentikan mengganasnya tumor hypophysis.

22 Agustus 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASIH ingat Nasrul, anak Solok (Sumatera Barat) yang berukuran tinggi 210 cm? Dia belum pulang kampung. Setelah keluar dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dia ditampung pengusaha asal Sum-Bar, pemilik majalah Kartini, Lukman Umar dan menempatkannya di kantor majalah itu di Jalan Garuda, Jakarta. Sejak bulan Oktober 1980 sudah 30 kali Nasrul mendapat pengobatan dengan sinar cobalt untuk menghentikan mengganasnya tumor hypophysis. Hypophysis adalah kelenjar yang ukurannya sebesar biji kacang tanah dan menggantung dari otak, terbaring tak jauh dari bola mata, di sebelah dalam tulang pelipis. Kelenjar ini menghasilkan hormon pertumbuhan dan mengalirkannya ke dalam darah. Pada Nasrul yang kini berusia 16 tahun, kelenjar itu terserang tumor yang mengakibatkan produksi hormonnya melaju dengan cepat. Ini membuat pertumbuhan badan si penderita begitu cepat dan melampaui ukuran normal. Selain dengan sinar, penyakit yang disebutkan juga gigantisme (raksasa) bisa juga diatasi dengan operasi. Tapi pekerjaan ini dianggap terlalu berbahaya, sehingga kalangan dokter menganggap sinar lebih sip. Sekalipun tumor itu bisa dibungkam, namun Nasrul tak bisa diciutkan kembali. Menurut Prof. Utoyo Sukaton, Kepala Bagian Penyakit Dalam RSCM, yang mengawasi tim dokter yang menangani Nasrul, dalam beberapa kasus pertumbuhan si penderita berhenti sendiri tanpa pengobatan. Nasrul sendiri nampak senang sekarang. "Penyakit saya sudah hilang," ujarnya. Ia sedang bersiap-siap main dalam film yang sedang dipersiapkan Kartini Group. "Saya akan main sebagai pendekar pembela kebenaran," katanya. Untuk peran itu dia sedang berlatih silat pada perguruan "Bangau Putih" yang berpusat di Bogor. Bulan puasa yang baru lalu dia malahan sempat berkunjung ke Jombang untuk menemui teman senasibnya: Mustaman, "manusia raksasa" yang tingginya kabarnya 213 cm. Selain menyampaikan sumbangan dari pengasuhnya Lukman Umar, Nasrul sendiri menyerahkan beberapa helai pakaiannya sendiri kepada temannya itu. Tak Berdaya Mustaman tak semujur Nasrul. Dia tidak berobat ke dokter. Bulan puasa yang baru lalu anak petani miskin itu sempat terbaring tak bisa bangun karena serangan diare. Selain itu dia juga kena penyakit kulit. Bintik-bintik kudis menyebar di sekujur tubuhnya. "Gatal sekali rasanya, sampai enggan pakai baju," katanya. Mustaman sekarang sedang menunggu perbaikan nasib. Akhir Agustus ini kabarnya dia akan dipanggil pabrik rokok kretek Gudang Garam dari Kediri. Mungkin dia akan dipekerjakan di bagian keamanan. Selain ke Jombang mungkin Nasrul perlu berkunjung ke Kampung Tanjung Nagrak, Kecamatan Cigalantong, sekitar 30 km dari Tasikmalaya. Di sini bermukim orang yang dijuluki Raksasa Gunung Galunggung. Namanya Subandi, usia 41 tahun. Kabarnya tingginya mencapai 215 cm. Tapi sekarang tinggi sebenarnya tinggal 195 cm. Dia tak bisa berdiri tegak, karena tonjolan yang tumbuh di bagian punggungnya. Tonjolan itu dia peroleh ketika mencoba memanggul padi seberat 120 kg. Dia memang kuat, tapi jembatan yang dilewatinya yang ambruk. Ia jatuh dan terbanting ke batu kali. Sejak itu dia jadi bongkok dibekuk tonjolan yang tumbuh di punggungnya. Dia mengaku tak pernah berkenalan dengan dokter, tapi mengaku intim dengan Herman Sarens Sudiro. Dia mengaaku kenal dengan promotor tinju itu antara 1960 sampai 1963 ketika Herman Sarens Sudiro menjabat Dan Yon 312 di Tasikmalaya. Konon dia sempat diangkat menjadi pengawal Herman setelah prestasi yang dibuatnya dengan mengangkat sendirian sebuah jeep milik Batalyon 312 yang terguling. Sekarang Subandi yang juga dapat julukan "Bandi Ageung" (Bandi Raksasa) dan bongkok itu sudah tak banyak daya. Dia hanya menunggui gubuk berukuran 4 x 5 m dan mengasuh anaknya yang terkecil. Dari istrinya yang bernama Uka dia memperoleh 3 anak. Istri inilah yang menggarap ladang. Penghasilan Subandi hanya berupa santunan yang diperolehnya dari Pemda Kabupaten Tasikmalaya Rp 15.000 tiap bulan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus