SOPHAN Sophian punya kebiasaan aneh. Anak berusia 11 tahun dari
Desa Bungbulang, Garut, Jawa Barat itu doyan benar minum bensin.
Saban hari dia menghabiskan setengah liter. Bahan bakar untuk
menghidupkan mesin itu dia minum dengan menghisapnya dari
jeriken plastik berukuran 2 liter.
Jeriken berisi bensin itu rupanya sudah menjadi semacam dot yang
tak bisa dipisahkan dari Sophan Sophian yang punya panggilan
intim Jajang di kalangan teman-temannya. Ke mana saja dia pergi
jeriken bermuatan bahan bakar itu selalu menempel di mulutnya.
Kalau berangkat ke sekolah baru dia lepaskan.
Tapi itu tak berarti minuman kegemarannya menjadi terhenti
selama pelajaran, sebab sering dia menghilang dari kelas dan
menyelinap masuk ke dalam rumahnya yang terletak sekitar 50
meter dari sekolah, sekedar untuk menyedot bensin ala kadarnya.
Kalau sedang apel pagi dia sering mangkir. Gurunya memaklumi ke
mana si Jajang. "Pasti ia lagi mengisi bensin," gerutu gurunya.
Sedangkan ke madrasah, jeriken itu tak segan-segan dia bawa.
Karena toh bukan barang terlarang di tempat suci itu. Bila
sembahyang jeriken itu ia selipkan di lipatan sarung. Ini
sengaja dia lakukan untuk menghindari teman-temannya yang suka
bercanda. Pernah mereka masukkan minyak tanah atau air ke
dalamnya. Tapi dasar si Jajang memang anak aneh, ia selalu tahu
kalau bensinnya yang diisapnya itu tidak murni lagi.
Semanis Teh Botol
Apakah Jajang akan menjadi manusia robot yang akan mati kalau
tidak diberi bensin? Mungkin tidak begitu. Tapi ada kejadian
yang cukup menarik pada anak desa ini. Suatu ketika dia ikut
piknik bersama guru dan teman-teman sekelasnya di kelas 4 dari
Sekolah Dasar II Desa Bungbulang. Di tempat piknik ada teman
yang iseng. Jerikennya disembunyikan. Selama menikmati piknik
itu Jajang sama sekali tidak minum bensin. Ketika pulang ia
tiba-tiba terjatuh, Badannya lemas dan dia pingsan. Pulangnya
terpaksa digotong. Setelah dikasih bensin dia segar kembali.
Bensin yang buat orang biasa bisa meracuni tubuh dan terutama
mengganggu paru-paru, buat si Jajang tak jadi soal. Ia lincah.
Kemampuannya belajar normal. "Rapotnya tak ada yang merah," kata
Nur Alim, gurunya.
Ketika ditanya bagaimana rasa minumannya itu, Jajang menjawab
polos "Baunya harum. Rasanya manis seperti teh botol," katanya
kepada wartawan TEMPO, Hasan Syukur yang datang menemuinya.
Semua makanan katanya dia sukai. Tapi bensin di atas
segala-galanya. "Bulan puasa saya kuat menahan lapar, tapi tak
kuat tanpa bensin," katanya lincah.
Belakangan tubuhnya kelihatan agak kurus. "Kurang makan karena
terlalu konsentrasi pada bensin," ucap dr. Sulaeman dari
Puskesmas Kecamatan Bungbulang yang terus mengamati perkembangan
anak itu. Menurut Sulaeman tidak ditemukan kelainan pada tubuh
si Jajang. Dokter ini tidak begitu cemas melihat kebiasaan si
Jajang, kecuali kalau bensin yang dia minum bertambah banyak
jumlahnya. "Suatu ketika akan berhenti juga, seperti kebiasaan
anak mengisap jari tangan," ulasnya.
Kebiasaan seperti si Jajang itu bukan baru pertama kali
ditemukan. Masih di Kecamatan Bungbulang pernah ada anak yang
senang makan sabun colek ketika berumur 4 tahun. Dua tahun
kemudian baru berhenti. Di Cimahi ada pula anak yang gemar
minum minyak tanah. Di Jakarta juga pernah dilaporkan anak yang
saban hari makan kertas. Katanya mereka semua sehat-sehat saja.
Menurut dokter anak-anak itu punya sistem pertahanan tersendiri
yang bisa menetralisir racun yang terdapat pada benda-benda yang
bukan makanan itu.
Kalangan dokter belum mengetahui dengan pasti apa yang
menyebabkan kebiasaan makan yang aneh. Ada yang berteori dan
mengatakan penyakit itu disebabkan oleh pengalaman jelek yang
diterima si anak selama dalam asuhan ibunya. Sedangkan buat si
Jajang dari Bungbulang penyakit itu mulai ketika dia berusia 5
tahun. Orang tuanya yang adalah seorang pedagang bensin
memindakan bahan bakar itu dari drum dengan jalan menyedotnya
lewat slang. Si Jajang ikut-ikutan mencoba. Ia menjadikan
pekerjaan itu sebagai mainan. Lama-lama dia minta disediakan
jeriken kecil untuk diisi bensin. "Mula-nula saya tidak tahu
kalau bensin di dalam jeriken itu diisapnya sampai habis,"
cerita Ruhaenah, ibu si Jajang.
Ruhaenah yang hidup lumayan dari berdagang bensin cukup repot
dibikin kebiasaan anaknya itu. Ia cemas betul apalagi kalau
mendengar omong-omongan tetangga bagaimana bahayanya bensin di
dalam tubuh anaknya itu. Ia takut kalau Jajang masuk ke dapur.
Korek api cepat-cepat dia sembunyikan. "Jengkelnya kamar
sepanjang malam bau bensin," keluh wanita itu. Karena begitu si
Jajang melepaskan jerikennya, hidungnya harus dibaui bensin,
sampai dia tertidur.
Sudah empat dokter ditemui Ruhaenah untuk menyembuhkan kebiasaan
anaknya yang menegangkan itu. Tapi dokter hanya berpesan supaya
bersabar saja, nanti kebiasaan itu akan hilang sendiri.
Membawa Keberuntungan
Penasaran, dia malahan berangkat ke dukun. Si dukun malahan
menyebutkan kebiasaan itu jangan distop karena akan membawa
keberuntungan. "Mula-mula kami ragu mempercayai pendapat dukun
kampung itu. Tapi setelah diamati ada juga benarnya," ujar
Zaenal Dahlan, ayah Jajang.
Menurut Zaenal, yang terpengaruh ramalan dukun itu, sebelum
Jajang kena penyakit meminum bensin, bahan bakar dagangannya itu
paling banter laku 100 liter sehari. Sekarang bisa 1000 liter.
Dia malahan sudah bisa membeli sebuah truk Colt diesel. Keluarga
pedagang bensin itu menjadi tenang sekarang. Setengah liter
sehari buat jatah si Jajang apalah artinya. Dokter juga bilang
jangan khawatir, kebiasaan itu akan hilang sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini