Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Sophan Sophian, Si Peminum Bensin

Sophan Sophian, 11, di Bungbulang, Garut, mempunyai kegemaran minum bensin. Menurut dokter tidak diketemukan kelainan pada anak tersebut. Kebiasaannya itu akan hilang sendiri.

22 Agustus 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SOPHAN Sophian punya kebiasaan aneh. Anak berusia 11 tahun dari Desa Bungbulang, Garut, Jawa Barat itu doyan benar minum bensin. Saban hari dia menghabiskan setengah liter. Bahan bakar untuk menghidupkan mesin itu dia minum dengan menghisapnya dari jeriken plastik berukuran 2 liter. Jeriken berisi bensin itu rupanya sudah menjadi semacam dot yang tak bisa dipisahkan dari Sophan Sophian yang punya panggilan intim Jajang di kalangan teman-temannya. Ke mana saja dia pergi jeriken bermuatan bahan bakar itu selalu menempel di mulutnya. Kalau berangkat ke sekolah baru dia lepaskan. Tapi itu tak berarti minuman kegemarannya menjadi terhenti selama pelajaran, sebab sering dia menghilang dari kelas dan menyelinap masuk ke dalam rumahnya yang terletak sekitar 50 meter dari sekolah, sekedar untuk menyedot bensin ala kadarnya. Kalau sedang apel pagi dia sering mangkir. Gurunya memaklumi ke mana si Jajang. "Pasti ia lagi mengisi bensin," gerutu gurunya. Sedangkan ke madrasah, jeriken itu tak segan-segan dia bawa. Karena toh bukan barang terlarang di tempat suci itu. Bila sembahyang jeriken itu ia selipkan di lipatan sarung. Ini sengaja dia lakukan untuk menghindari teman-temannya yang suka bercanda. Pernah mereka masukkan minyak tanah atau air ke dalamnya. Tapi dasar si Jajang memang anak aneh, ia selalu tahu kalau bensinnya yang diisapnya itu tidak murni lagi. Semanis Teh Botol Apakah Jajang akan menjadi manusia robot yang akan mati kalau tidak diberi bensin? Mungkin tidak begitu. Tapi ada kejadian yang cukup menarik pada anak desa ini. Suatu ketika dia ikut piknik bersama guru dan teman-teman sekelasnya di kelas 4 dari Sekolah Dasar II Desa Bungbulang. Di tempat piknik ada teman yang iseng. Jerikennya disembunyikan. Selama menikmati piknik itu Jajang sama sekali tidak minum bensin. Ketika pulang ia tiba-tiba terjatuh, Badannya lemas dan dia pingsan. Pulangnya terpaksa digotong. Setelah dikasih bensin dia segar kembali. Bensin yang buat orang biasa bisa meracuni tubuh dan terutama mengganggu paru-paru, buat si Jajang tak jadi soal. Ia lincah. Kemampuannya belajar normal. "Rapotnya tak ada yang merah," kata Nur Alim, gurunya. Ketika ditanya bagaimana rasa minumannya itu, Jajang menjawab polos "Baunya harum. Rasanya manis seperti teh botol," katanya kepada wartawan TEMPO, Hasan Syukur yang datang menemuinya. Semua makanan katanya dia sukai. Tapi bensin di atas segala-galanya. "Bulan puasa saya kuat menahan lapar, tapi tak kuat tanpa bensin," katanya lincah. Belakangan tubuhnya kelihatan agak kurus. "Kurang makan karena terlalu konsentrasi pada bensin," ucap dr. Sulaeman dari Puskesmas Kecamatan Bungbulang yang terus mengamati perkembangan anak itu. Menurut Sulaeman tidak ditemukan kelainan pada tubuh si Jajang. Dokter ini tidak begitu cemas melihat kebiasaan si Jajang, kecuali kalau bensin yang dia minum bertambah banyak jumlahnya. "Suatu ketika akan berhenti juga, seperti kebiasaan anak mengisap jari tangan," ulasnya. Kebiasaan seperti si Jajang itu bukan baru pertama kali ditemukan. Masih di Kecamatan Bungbulang pernah ada anak yang senang makan sabun colek ketika berumur 4 tahun. Dua tahun kemudian baru berhenti. Di Cimahi ada pula anak yang gemar minum minyak tanah. Di Jakarta juga pernah dilaporkan anak yang saban hari makan kertas. Katanya mereka semua sehat-sehat saja. Menurut dokter anak-anak itu punya sistem pertahanan tersendiri yang bisa menetralisir racun yang terdapat pada benda-benda yang bukan makanan itu. Kalangan dokter belum mengetahui dengan pasti apa yang menyebabkan kebiasaan makan yang aneh. Ada yang berteori dan mengatakan penyakit itu disebabkan oleh pengalaman jelek yang diterima si anak selama dalam asuhan ibunya. Sedangkan buat si Jajang dari Bungbulang penyakit itu mulai ketika dia berusia 5 tahun. Orang tuanya yang adalah seorang pedagang bensin memindakan bahan bakar itu dari drum dengan jalan menyedotnya lewat slang. Si Jajang ikut-ikutan mencoba. Ia menjadikan pekerjaan itu sebagai mainan. Lama-lama dia minta disediakan jeriken kecil untuk diisi bensin. "Mula-nula saya tidak tahu kalau bensin di dalam jeriken itu diisapnya sampai habis," cerita Ruhaenah, ibu si Jajang. Ruhaenah yang hidup lumayan dari berdagang bensin cukup repot dibikin kebiasaan anaknya itu. Ia cemas betul apalagi kalau mendengar omong-omongan tetangga bagaimana bahayanya bensin di dalam tubuh anaknya itu. Ia takut kalau Jajang masuk ke dapur. Korek api cepat-cepat dia sembunyikan. "Jengkelnya kamar sepanjang malam bau bensin," keluh wanita itu. Karena begitu si Jajang melepaskan jerikennya, hidungnya harus dibaui bensin, sampai dia tertidur. Sudah empat dokter ditemui Ruhaenah untuk menyembuhkan kebiasaan anaknya yang menegangkan itu. Tapi dokter hanya berpesan supaya bersabar saja, nanti kebiasaan itu akan hilang sendiri. Membawa Keberuntungan Penasaran, dia malahan berangkat ke dukun. Si dukun malahan menyebutkan kebiasaan itu jangan distop karena akan membawa keberuntungan. "Mula-mula kami ragu mempercayai pendapat dukun kampung itu. Tapi setelah diamati ada juga benarnya," ujar Zaenal Dahlan, ayah Jajang. Menurut Zaenal, yang terpengaruh ramalan dukun itu, sebelum Jajang kena penyakit meminum bensin, bahan bakar dagangannya itu paling banter laku 100 liter sehari. Sekarang bisa 1000 liter. Dia malahan sudah bisa membeli sebuah truk Colt diesel. Keluarga pedagang bensin itu menjadi tenang sekarang. Setengah liter sehari buat jatah si Jajang apalah artinya. Dokter juga bilang jangan khawatir, kebiasaan itu akan hilang sendiri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus