Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Memelihara kucing menjadi pilihan banyak orang. Namun, pilihan untuk memelihara kucing bukan tanpa risiko. Kucing merontokkan bulunya dalam jumlah besar. Bulu kucing dapat memengaruhi kesehatan Anda dengan cara yang tidak terduga. Hal ini dikarenakan bulu kucing bisa mengandung bakteri dan parasit yang dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyakit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Centers for Disease Control and Prevention menyebutkan ada beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh bulu kucing, 4 di antaranya:
- Campylobacteriosis
Campylobacter adalah bakteri yang dapat membuat manusia dan hewan mengalami penyakit campylobacteriosis. Penyakit ini tersebar apabila bersentuhan dengan kotoran hewan yang terinfeksi atau dengan mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kucing biasanya terinfeksi karena memakan daging mentah yang terkontaminasi dan membuang bakteri di kotorannya. Biasanya, Campylobacter menyebar ketika orang tidak mencuci tangan setelah menyentuh hewan atau makanan, kotoran, mainan, atau tempat tidur. Terkadang juga dapat menginfeksi Anda melalui luka terbuka.
Kucing yang terinfeksi kadang tampak sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi Campylobacter. Terkadang mengalami diare yang mungkin berdarah. Orang yang terinfeksi campylobacteriosis bisa mengalami diare, deman, dan kram pada perut perut. Diare bisa disertai mual dan muntah. Gejala tersebut biasanya muncul dalam 2 sampai 5 hari setelah terinfeksi dan berlangsung sekitar 1 minggu.
- Penyakit cakaran kucing ( Cat Scratch Disease)
Penyakit cakaran kucing merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Bartonella henselae. Kucing dapat terinfeksi melalui gigitan kutu, berkelahi dengan kucing lain yang terinfeksi, atau transfusi darah.
Sekitar sepertiga hingga setengah dari kucing telah terpapar bakteri dalam hidupnya. Meskipun sebagian besar kucing yang terinfeksi tidak tampak sakit, beberapa kucing mungkin mengalami penyakit ringan dengan demam yang berlangsung selama kurang lebih 2 sampai 3 hari. Penyakit ini jarang dapat menyebabkan gejala yang lebih serius pada kucing, termasuk muntah, mata merah, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan, atau nafsu makan menurun.
Orang dapat terpapar bakteri melalui cakaran atau jilatan kucing yang terinfeksi. Tanda jika mengalami infeksi ringan adalah dengan munculnya benjolan kecil yang menonjol, dan padat di lokasi goresan dan pembengkakan kelenjar getah bening di dekat area goresan. Gejala ini terjadi 1 sampai 3 minggu setelah terpapar. Infeksi juga dapat menyebabkan demam, dan terkadang infeksi mata, nyeri otot, atau gejala yang lebih parah.
Baca: Ingin Memelihara Kucing, Kenali Dulu 5 Karakter Kucing
- Kurap
Kurap adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur yang dapat menginfeksi kulit, rambut, atau kuku pada manusia dan hewan. Kurap menyebar melalui kontak langsung dengan hewan atau orang yang terinfeksi, atau bisa juga dari lingkungan. Siapapun bisa terkena kurap.
Beberapa kucing mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi kurap, tetapi biasanya memiliki area kecil di mana rambut rontok di sekitar telinga, wajah, atau kaki dengan kulit bersisik atau berkerak. Anak kucing merupakan yang paling sering terkena.
Orang yang terinfeksi kurap biasanya merasakan gatal, muncul di hampir semua bagian tubuh. Ditambah dengan kemerahan, bersisik, pecah-pecah pada kulit, atau ruam. Jika infeksi ada di kulit kepala atau jenggot, rambut bisa rontok. Kuku yang terinfeksi bahkan bisa berubah warna, menebal, atau bisa menjadi hancur.
- Toksoplasma
Toksoplasma adalah disebabkan oleh parasit yang terdapat di dalam tanah, air, daging, atau kotoran hewan yang tertular, khususnya kucing. Orang bisa terkena toksoplasma melalui kontak dengan kotoran kucing atau dengan makan daging atau kerang yang kurang matang. Kucing dapat terinfeksi jika memakan hewan yang terinfeksi seperti burung, atau hewan kecil lainnya. Parasit tersebut kemudian ke luar dari kotoran kucing, mencemari lingkungan atau tempat kotoran kucing.
Orang bisa terinfeksi dengan mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Bisa juga apabila tidak mencuci tangan setelah membersihkan tempat kotoran kucing atau bersentuhan dengan apa pun yang terkontaminasi oleh kotoran kucing.
Siapa pun bisa terkena toksoplasma, tetapi orang dengan sistem kekebalan lemah lebih cenderung mengalaminya secara serius. Kebanyakan orang sehat yang terkena toksoplasma tidak memiliki gejala, tetapi beberapa lainnya mungkin memiliki gejala mirip flu ringan. Orang dengan sistem kekebalan yang lemah dapat mengalami komplikasi yang lebih serius dari toksoplasma, termasuk penyakit otak. Wanita hamil yang terinfeksi parasit dapat menularkan infeksi tersebut ke janin mereka, sehingga dapat menyebabkan cacat lahir.
itulah 4 penyakit yang dapat disebabkan oleh bahaya bulu kucing. untuk menghindari terkena penyakit tersebut, rawat kucing Anda dengan benar dan pastikan juga kebersihannya.
ANNISA FEBIOLA