Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Mengenal Pulau Kucing Aoshima di Jepang, Dulu Desa Nelayan Terpencil

Sebelum jadi pulau kucing, Aoshima merupakan desa nelayan terpencil yang berkembang pesat berkat banyaknya ikan sarden di perairan sekitarnya.

27 September 2024 | 15.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Aoshima, salah satu pulau kucing terkenal di Jepang, jadi topik hangat di Internet setelah dinyatakan tidak bisa bertahan lama lagi. Penyebabnya, kucing-kucing di pulau itu semakin tua dan tidak ada regenerasi. Penduduk pulau yang mengurus mereka juga rata-rata sudah beruisa di atas 70 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pulau ini sering didatangi wisatawan. Namun, akhir-akhir ini perjalanan wisata ke pulau ini semakin berkurang karena banyak pelayaran dibatalkan karena cuaca buruk. 

Sejarah Aosima jadi Pulau Kucing

Aoshima sebelumnya merupakan desa nelayan terpencil yang berkembang pesat berkat banyaknya ikan sarden di perairan sekitarnya. Lokasi ini sangat cocok untuk nelayan, tetapi mereka memiliki masalah hewan pengerat karena tikus menggerogoti jaring mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Solusinya adalah mengadopsi kucing liar yang mereka temui di berbagai pelabuhan. Mereka membawa kucing-kucing tersebut pulang dengan kapal dan sering meninggalkannya di Aoshima. Kucing-kucing ini membantu membunuh tikus dan kemudian meningkatkan pariwisata. Namun, pada akhirnya, jumlah ikan sarden di daerah tersebut mulai menurun dan penduduk mulai meninggalkan pulau. 

Pulau ini dihuni sekitar 900 penduduk setelah Perang Dunia II, lalu menurun menjadi 655 pada 1960-an. Namun, dalam beberapa dakade, penduduk pindah ke daratan utama sehingga jumlahnya semakin sedikit. Banyak rumah tua terlantar dan jumlah kucing semakin bertambah. Pada 2017, populasinya berkurang drastis menjadi hanya 13 orang. Pada saat yang sama, jumlah kucing mencapai ratusan.

Sterilisasi Kucing

Penduduk pulau sudah lanjut usia merasa jumlah mereka terlalu banyak sehingga kerepotan mengurusnya. Oleh karena itu, Masyarakat Perlindungan Kucing Aoshima merekomendasikan agar setiap kucing di pulau tersebut dikebiri atau disterilkan untuk mengurangi populasi secara bertahap. Sterilisasi dilakukan pada 2018.

Sejak itu, tak ada regenerasi kucing di pulau itu. Kucing-kucing semakin menua, rata-rata berusia di atas tujuh tahun. 

Meski Aoshima sudah menjadi tujuan wisata, hampir tidak ada perdagangan di pulau tersebut. Tidak ada satu pun mesin penjual otomatis seperti di wilayah lain di Jepang. Ini berarti kunjungan wisatawan ke pulau kucing ini tidak disertai dengan masuknya pendapatan. Jadi, uang kas kota untuk memperluas layanan atau fasilitas Masyarakat Perlindungan Kucing Aoshima tidak mencukupi.

TOKYO WEEKENDER | JAPAN TODAY 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus