Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Bahaya Makanan Berlabel Tanpa Gula, Jangan Terkecoh

Makanan dan minuman berlabel tanpa gula justru lebih berbahaya dibanding gula. Simak penjelasan ahli gizi.

7 Februari 2024 | 20.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemanis buatan (Pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar gizi masyarakat Tan Shot Yen mengatakan pemanis buatan yang pada sejumlah makanan dan minuman berlabel tanpa gula justru lebih berbahaya dibanding gula. Ia menyampaikan hal itu sebagai respons pertanyaan tentang makanan dan minuman yang dilabeli no sugar atau zero sugar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau tulisannya no sugar atau zero sugar bisa manis karena apa? Karena ada pemanis buatan. Ada aspartam, xylitol, malitol, pakai sorbitol," ujar Tan dalam siaran berjudul “Yang Manis Anaknya, Bukan Makanan dan Minumannya” di akun instagram Kementerian Kesehatan, Rabu, 7 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan penelitian, aspartam dapat meningkatkan risiko kanker. "Jadi, hati-hati banget dengan makanan yang mengandung aspartam," pesannya.

Selain itu, dalam studi-studi di luar negeri, penggunaan kata tanpa gula dapat menjadi lebih berbahaya karena ada efek psikologis yang dapat muncul dari penamaan seperti itu.

"Kalau mengonsumsi gula, Anda bakal mikir kan. 'Aduh, kok kebanyakan ya.' Jadi, ada rasa jaga-jaga," katanya.

Efek 5K
Akan tetapi, ketika mengonsumsi sesuatu yang dilabeli dengan nol gula, orang merasa aman karena berpikir tidak ada gulanya sehingga menjadi seenaknya mengonsumsi makanan atau minuman tersebut. Dia mengatakan rasa manis menjadi semacam penghargaan bagi sebagian orang karena rasa manis dapat memicu otak memproduksi hormon dopamin dan serotonin. Hormon ini membuat orang ketagihan.

"Apabila anak-anak mengonsumsi gula secara berlebihan akan ada beberapa efek yang disebut 5K," jelasnya.

Dia menjelaskan K yang pertama adalah kegemukan. Kegemukan dari konsumsi gula dan dari makanan yang terlalu banyak dikonsumsi. K yang kedua adalah kolesterol, terutama bagi orang dewasa. K yang ketiga adalah kanker.

"Kita sudah tahu bahwa orang-orang yang gemuk, orang-orang yang obesitas itu cenderung mempunyai risiko kanker lebih besar," ujarnya.

Ia menambahkan K yang keempat adalah keropos tulang, seperti yang sering dilihat pada ibu-ibu yang mengeluhkan lututnya sakit kemudian mengetahui mereka terkena osteopeni atau osteoporosis.

"K yang kelima adalah ketagihan," ujar Tan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus