Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Banyak Orang Usia Produktif yang Bunuh Diri, BRIN Paparkan Upaya Pencegahan

Pencegahan bunuh diri di kelompok usia produktif perlu pendekatan holistik dan terintegrasi, terutama pendidikan, kampanye kesadaran, serta kebijakan.

25 Juli 2024 | 21.50 WIB

Ilustrasi pencegahan bunuh diri. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi pencegahan bunuh diri. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indri Dharmayanti, menjelaskan pencegahan bunuh diri di kelompok usia produktif perlu pendekatan holistik dan terintegrasi, terutama pendidikan, kampanye kesadaran, serta kebijakan yang mendukung kesehatan mental. Ia mengatakan bunuh diri di kelompok usia produktif tak hanya berdampak pada pelaku namun juga keluarga yang ditinggalkan, lingkungan kerja, serta masyarakat luas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Pada  2022 tercatat sekitar 2.500 kasus bunuh diri yang dilaporkan di Indonesia. Angka ini mungkin tampak kecil dibanding populasi total namun setiap angka tersebut mewakili nyawa yang hilang dan setiap nyawa adalah penting," ujar Indri, Kamis, 25 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dia mengutip data 2019 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menunjukkan 800 ribu orang bunuh diri setiap tahun dan yang terbanyak adalah usia muda. Karena itu, pencegahan bunuh diri adalah tanggung jawab bersama. Dia menilai perlunya memahami faktor-faktor yang berkontribusi pada keputusan tersebut, seperti tekanan ekonomi, masalah kesehatan mental, hingga kurangnya dukungan sosial, untuk melakukan langkah-langkah pencegahan yang tepat.

Tingkatkan kesadaran di sekolah
Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN, Yurika Fauziah Wardhani, mengatakan untuk meningkatkan kesadaran dapat dilakukan sejumlah langkah, antara lain memasukkan materi kesehatan mental ke dalam kurikulum mulai jenjang SD hingga kuliah. 

Selain itu, memberikan akses yang luas untuk pelayanan kesehatan mental, contohnya pelayanan secara daring. Namun, lanjutnya, perlu dipilih konselor-konselor yang tepat, agar respons untuk orang yang dilayani juga tepat. Dia juga menyebut komunitas-komunitas dapat dibentuk untuk mempromosikan kesehatan mental agar dapat menjaga serta menolong orang-orang di sekitar.

"Yang berikutnya adalah kerja sama dengan instansi-instansi terkait untuk membuat program pencegahan bunuh diri. Ini kita bisa bekerja sama dengan kepolisian, Kementerian Kesehatan, lembaga-lembaga lain, lembaga-lembaga profesi yang berhubungan dengan kesehatan mental," ucapnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus